Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Perancang Legendaris Dunia yang Tidak Memiliki Gelar Arsitek

Kompas.com - 01/04/2021, 18:27 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Sumber Arch Daily

Atas sarannya, Corbusier muda akhirnya melakukan perjalanan secara ekstensif melintasi Eropa antara tahun 1907 dan 1911, ke kota-kota seperti Athena, Venesia, Wina, dan Munich.

Perjalanannya tersebut disambi dengan magang di beberapa kantor arsitektur seperti Auguste Perret di Paris (1907), Josef Hoffmann di Wina (1908), dan Peter Behrens di Berlin (1910-11).

Dia kembali ke rumah pada tahun 1912, untuk mengajar bersama gurunya dan membuka praktik arsitekturnya sendiri, sebelum akhirnya pindah ke Paris pada tahun 1917.

4. Mies van der Rohe

Pria yang menciptakan pepatah "less is more" lahir dari keluarga pemahat batu sederhana di Aachen, Jerman.

Mies kecil memiliki sedikit kesempatan untuk mendapatkan pendidikan formal.

Setelah magang awal sebagai tukang batu bata saat di sekolah perdagangan, Mies bekerja untuk sejumlah arsitek Aachen yang membuat sketsa garis besar ornamen arsitektur, sebuah tugas yang membantu menyempurnakan keterampilan menggambarnya.

Baca juga: Dirjen Cipta Karya Benarkan Desain Istana Negara Burung Garuda Karya Nyoman Nuarta

Pada 1905 saat berusia sembilanbelas tahun, dia pindah ke Berlin dan bekerja pada seorang arsitek, tetapi meninggalkan pekerjaannya untuk kemudian magang di Bruno Paul, seorang desainer furnitur terkemuka saat itu.

Eksekusi yang mengesankan dari komisi independen pertamanya pada tahun 1907, Riehl House, mendorong Peter Behrens menawari Mies pekerjaan di kantornya.

Kerja samanya selama empat tahun dengan Behrens, anggota terkemuka dari Deutscher Werkbund, membantunya menjalin hubungan dengan seniman dan pengrajin yang berpikiran sama, menganjurkan "perkawinan antara seni dan teknologi".

Pada saat dia meninggalkan kantor Behrens tahun 1912, Mies berhasil menangani komisi independen rumah pribadi untuk elite Berlin.

5. Buckminster Fuller

Secara luas dianggap sebagai salah satu pemikir terbesar pada zamannya, Fuller memiliki hubungan yang sulit dengan pendidikan formal.

Orang yang memopulerkan kubah geodesik ini dikeluarkan dari Universitas Harvard tidak hanya sekali, tetapi dua kali, dan dia tidak pernah lulus.

Baca juga: Pemerintah Diminta Libatkan Arsitek Rancang Istana Negara di Ibu Kota Baru

Fuller mengungkapkan keadaannya dalam pidatonya pada tahun 1961 saat dia berbicara panjang lebar:

Ayahnya meninggal ketika Fuller masih sangat muda. Meskipun keluarganya relatif miskin, dia datang ke Harvard dari sekolah persiapan untuk keluarga yang cukup mampu.

Dia berpikir bahwa orang miskin seperti dirinya tidak akan pernah dimasukkan ke dalam klub seperti yang mungkin terjadi jika Fuller sangat kaya atau memiliki ayahkonglomerat.

Hal ini karena sebagian besar keanggotaan klub telah diatur sebelumnya oleh komite lulusan klub.

"Saya tidak menyadari sampai saat itu bahwa ada sistem kelas sosial dan perbedaan tingkatan warga negara. Saya menjadi panik tentang disintegrasi dunia Harvard idealis saya, berpura-pura bercanda, memotong kelas, dan dipecat," kisahnya.

Setelah lulus kuliah, dia hanya bekerja dan bekerja keras. Dalam waktu singkat, laporan masuk ke Harvard bahwa, Fuller adalah anak yang baik dan mampu.

"Saya benar-benar harus kembali ke perguruan tinggi; jadi Harvard membawaku kembali," ucap Fuller.

Namun, dia dianggap maverick sosial dan itu terlalu menyakitkan.

Baca juga: Nyoman Nuarta Buka Suara, Ini Kronologi Rancangan Istana Negara Burung Garuda

Setelah pemecatan yang kedua, Fuller kembali bekerja sangat keras. Jika Perang Dunia I tidak terjadi, dia yakin universitas akan menerimanya kembali, dan dia yakin akan dipecat lagi.

"Setiap kali saya kembali ke Harvard, saya memasuki dunia ketakutan yang menggerogoti, bukan lembaga pendidikan, dan itulah masalahnya," kata Fuller.

6. Luis Barragán

Halaman:
Sumber Arch Daily
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com