JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai kebutuhan dasar, properti akan selalu dicari. Seiring dengan pertumbuhan populasi, permintaan ikut meningkat.
Kalau pun terjadi pelambatan akibat menurunnya daya beli masyarakat yang disebabkan krisis ekonomi, itu hanya bersifat penundaan pembelian. Saat perekonomian membaik, pasar properti pasti bertumbuh lebih cepat.
Terbukti pada masa pandemi Covid-19 (2020), Asosiasi Perusahaan Realestat Indonesia (REI) mencatat pasar properti tumbuh 8 persen dibanding 2019.
Sementara pada 2021, pasar properti diprediksi akan lebih baik lagi dengan indikasi peningkatan volume penjualan mencapai 10-15 persen.
Hal ini tidak terlepas dari berangsur pulihnya psikologi pasar dengan adanya vaksinasi nasional Covid-19.
Baca juga: Ciputra Pastikan Lahan Citra Maja Raya Bukan Aset yang Disita Kejagung
Apalagi sejumlah insentif dan stimulus melalui keringanan suku bunga sudah diberikan, bahkan Bank Indonesia (BI) mengeluarkan kebijakan relaksasi terkait rasio loan to value/financing to value atau LTV/FTV untuk kredit pembiayaan properti menjadi maksimal 100 persen.
General Manager Marketing Ciputra Group Andreas Raditya mengatakan, dari sisi moneter pemerintah melalui BI terus melakukan koreksi menurunkan suku bunga acuan atau 7 Day Reverse Repo Rate.
Karena itu ia yakin, pada tahun 2021 industri properti akan bergerak seperti sebelum pandemi.
Andreas mencontohkan, produk-produk yang memiliki lokasi strategis dan memiliki konekvitas dengan infrastruktur dan moda transportasi lebih diminati konsumen.
“Dekat dengan jalan tol, dekat dengan moda transportasi seperti LRT, MRT, Busway dan lainnya akan memudahkan beraktifitas,” tegasnya.
Selain itu, kondisi pasar yang masih hati-hati dalam mengeluarkan dananya akan membuat konsumen makin selektif. Namun tuntutan untuk memiliki tempat tinggal tetap tinggi, apalagi segmen milenial.
“Perilaku pasar ini pun disadari oleh pengembang dengan meluncurkan proyek hunian dengan harga terjangkau, menyasar kaum milenial, sehingga mereka dimanjakan dengan tawaran harga dan promosi pembayaran yang memudahkan,” ujar Raditya.
Dukungan dan stimuslus pemerintah ini, kata Raditya, memberikan optimisme para pelaku pembangunan yang pada awal tahun ini melanjutkan pemasaran proyek-proyek terbarunya.
Ciputra Group sendiri dalam waktu dekat akan melaksanakan pemilihan unit oleh konsumen yang sudah menyatakan komitmen membeli unit apartemen Citra Landmark di Jakarta Timur.
Ciputra Group menawarkan harga unit apartemen mulai Rp 300 jutaan dan Maret 2021 mendatang akan melakukan proses pemilihan unit.
Saat ini, Nomor Urutan Pesanan (NUP) sudah mencapai 566 NUP dari jumlah unit menara pertama yang dipasarkan sebanyak 519 unit.
“Kami yakin, hingga waktu yang kita tentukan jumlah pemesanan unit akan mencapai di angka 800-an," imbuh Raditya.
Dari jumlah 565 konsumen yang sudah pesan NUP, usia muda dengan rentang 25 tahun sampai 35 tahun mendominasi sejumlah 50 persen.
Selebihnya merupakan konsumen usia 35 tahun sampai 45 tahun dan di atasnya yang merupakan konsumen dengan motif investasi atau membeli untuk anaknya.
Raditya yakin Citra Landmark akan cepat diserap oleh pasar karena lokasinya dekat dengan infrastruktur dan juga moda transportasi masal akan menjadi incaran konsumen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.