Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Universitas Liverpool Kembangkan Robot yang Bisa Perbaiki Jalan Berlubang

Kompas.com - 14/11/2020, 11:00 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Selain merusak pemandangan dan gangguan umum, lubang-lubang di jalan raya juga dapat merusak kendaraan.

Bahkan lubang-lubang tersebut membahayakan karena berpotensi menyebabkan kecelakaan, baik kendaraan bermotor ataupun pesepeda dan pejalan kaki.

Namun, lubang-lubang di jalan tersebut terkadang abai dari perbaikan oleh pemerintah.

Terlebih memperbaiki lubang di jalan raya secara umum juga menjadi proses yang banyak memakan waktu, melibatkan banyak pekerja dan tentu saja berbiaya tinggi.

Karenanya, Universitas Liverpool di London, Inggris, mengembangkan penelitian teknologi robot yang dapat mendeteksi, mengecek jalan retak dan memperbaiki jalanan berlubang.

Dalam mengembangkan teknologi ini, pihak kampus mendirikan perusahaan patungan dengan nama Robotiz3d.

Baca juga: Korea Selatan Ganti Barista dengan Robot Layani Pengunjung Kafe

Kepala Fakultas Teknik Universitas Liverpool dan pemimpin teknologi di perusahaan Robotiz3d Paolo Paoletti mengatakan robot yang akan dibuatnya itu mampu mendeteksi secara mandiri kerusakan jalan seperti retakan dan lubang.

“Sistem yang diusulkan akan dapat secara mandiri mendeteksi dan mengkarakterisasi kerusakan jalan seperti retakan dan lubang, menilai dan memprediksi tingkat keparahan kerusakan tersebut dan memperbaiki retakan sehingga tidak berkembang menjadi lubang," kata Paolo seperti dikutip CNBB.com, Jumat (13/11/2020).

Menurutnya, ide yang dikembangkan oleh tim di Robotiz3d adalah salah satu contoh bagaimana teknologi digunakan untuk mengatasi masalah yang terkait dengan pemeliharaan jalan dan jenis infrastruktur terkait transportasi.

Sebelumnya diketahui, di London terdapat penelitian serupa seperti proyek kota perbaikan mandiri. Proyek tersebut bahkan telah menerima dana dari Dewan Penelitian Teknik dan Ilmu Fisika.

Proyek 'kota perbaikan mandiri' ini bahkan diinisiasi oleh beberapa universtias ternama di London. Di antaranya Universitas Leeds, Universitas College London, Universitas Southampton dan Universitas Birmingham.

Proyek tersebut mengandalkan penggunaan drone untuk memantau dan kemudian memperbaiki retakan di jalan dengan menggunakan printer aspal 3D.

Kedua proyek di atas menarik karena mengusulkan solusi “all-in-one” yang akan mengidentifikasi dan kemudian memperbaiki masalah yang terkait dengan kondisi jalan sebelum menjadi serius.

Ini dapat membantu mengurangi biaya operasional dan waktu yang dihabiskan untuk perbaikan.

Meski demikian, Kepala Riset & Konsultasi Teknologi Otonom di SBD Automotive London Alain Dunoyer mengkritisi terobosan tersebut.

Menurutnya, saat ini sudah banyak mobil atau kendaraan yang dibekali teknologi dan perangkat kamera untuk mendeteksi lubang di jalan.

“Sebagian besar mobil baru sudah memiliki perangkat keras yang tepat untuk mengamati kondisi jalan, karena yang Anda butuhkan hanyalah kamera yang dipasang di depan dan lokasi GPS,” kata Alain.

Sementara untuk memperbaiki jalan tak ada kaitannya dengan teknologi. Kata dia, masalah lubang di jalan yang tak diperbaiki itu adalah karena keterbatasan anggaran pemerintah daerah.

Alain menilai bahwa otoritas lokal dalam hal ini pemerintah daerah tidak memiliki cukup uang untuk melakukan pemeliharaan jalan dasar atau jalan retak dan berlubang.

“Memberi tahu pemerintah daerah tentang di mana lubang tidak mungkin membantu, karena masalah kondisi jalan bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, tetapi kurangnya dana,” tambahnya.

Sehingga kata Alain, mengurangi biaya perbaikan jalan berlubang melalui teknologi otonom akan sangat sulit.

Kecuali jika harga barang-barang kebutuhan untuk memperbaiki jalan disertai dengan adanya anggaran untuk memperbaikinya maka perbaikan barang-barang termasuk segala sesuatu mulai dari rambu jalan yang rusak hingga kebocoran air, tiang telegraf dan lampu lalu lintas dapat diatasi.

“Ketika pemerintah daerah, perusahaan pengelola air, dan perusahaan telekomunikasi dapat memperoleh keuntungan, mungkin kasus bisnis dapat ditemukan,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau