BATAM, KOMPAS.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah memulai pembangunan pusat karantina untuk observasi dan isolasi pengendalian penyakit infeksi menular di Bekas Kamp Pengungsi Vietnam, Pulau Galang, Kepulauan Riau.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menuturkan, pihaknya mendapat penugasan dari Presiden Joko Widodo untuk membangun fasilitas tersebut pada Minggu (8/3/2020), menyusul merebaknya virus corona penyebab penyakit Covid-19.
Tahap pertama fasilitas kesehatan ini dirancang dua bangunan dalam dua lantai,yang mencakup ruang observasi dan isolasi.
Rinciannya, ruang observasi sebanyak 230 kamar, di mana satu kamar berkapasitas 8-10 orang (tempat tidur).
Sementara ruang isolasi terdiri dari dua bagian yakni isolasi Intensive Care Unit (ICU) sebanyak 20 kamar, dan non-ICU sejumlah 30 kamar.
Baca juga: Basuki Optimistis Fasilitas Observasi dan Isolasi di Pulau Galang Rampung Satu Bulan
"Kami mulai mengerjakan land clearing sekitar dua hari untuk kemudian dibangun konstruksi fasilitas observasi dan isolasi dengan teknik modular," ujar Basuki menjawab Kompas.com, Senin (9/3/20220).
Sejumlah alat berat seperti dozer 7 unit, ekskavator 7 unit, dump truck 4 unit, genset 2 unit, 2 mobil tangki air dan 1 toilet mobile sudah berada di lapangan.
Kementerian PUPR juga akan meningkatkan akses keluar masuk pulau dengan membangun helipad dan disiapkan penataan dermaga di Pelabuhan Pulau Galang yang dikelola UPT Dinas Perhubungan Pemkot Batam.
Dipilihnya Pulau Galang sebagai lokasi pembangunan fasilitas observasi dan isolasi pengendalian penyakit menular karena mudah diakses melalui laut dan udara.
"Kita bisa mendarat di Batam kapan pun, 24 jam. Dari Bandara Hang Nadim ke lokasi ini cuma 1 jam. Selain itu, kawasan eks Kamp Pengungsi Vietnam ini juga jauh dari permukiman," tutur Basuki.
Selain membangun fasilitas observasi dan isolasi baru, Kementerian PUPR juga merehabilitasi fasilitas eksisting lainnya yang ada di eks Kompleks Kamp Pengungsi Vietnam seluas 80 hektar tersebut.
Di antaranya adalah rumah sakit, dapur, pos keamanan, dan tempat cuci. Bangunan eksisting tersebut secara struktur masih dapat dimanfaatkan karena terbuat dari baja, dan dinding asbes.
"Pekerjaan rehabilitasi tinggal pada plafon dan kusen kayu karena sudah lapuk. Akan kita ganti," imbuh Basuki.
Rencananya, bangunan-bangunan tersebut akan difungsikan untuk mendukung fasilitas observasi dan isolasi yakni tenaga administrasi, dokter, tenaga medis, dapur, dan cuci pakaian.
Total dana yang dibutuhkan untuk membangun pusat karantina untuk observasi dan isolasi pengendalian penyakit infeksi menular dan fasilitas pelengkapnya selama satu bulan itu adalah Rp 400 miliar.