BAGI pegiat outdoor dan olah raga salju, budaya après-ski adalah bagian terpenting dari rentetan kegiatan ski.
Après-ski, atau after-ski-drinks, adalah saat yang ditunggu pada penghujung hari untuk bercengkerama bersama teman dan keluarga setelah seharian memacu adrenalin menjelajahi lembah dan kaki gunung bersalju.
Maka walaupun kaki masih sakit setelah seharian meluncur di salju, après-ski adalah momen dialog terbaik.
Sambil mencoba snapsch (semacam tuak) desa setempat, saya luruskan kaki-kaki kaku karena sepatu ski saya dan mulai mencoba menelusuri apa sih hebatnya World Economic Forum (WEF) bagi Indonesia?
Diselimuti suhu minus 6, dalam satu minggu setiap bulan Januari jalanan kawasan pedesaan Landwasser Valley di bagian pegunungan Alps di Swiss, ribuan mobil mewah membawa rombongan orang penting baik pejabat negara, pimpinan korporasi atau para pengawalnya.
Bahkan dalam tiga tahun terakhir, para pejabat memakai kendaraan listrik sebagai cara penyampaian pesan atau sekadar sarana pamer untuk menyatakan diri ramah lingkungan.
Setelah 49 tahun, World Economic Forum terus menggulirkan narasi-narasi tentang kerja sama antara publik dan korporasi.
Dari kota pedesaan Davos di ketinggian 1,500 meter di atas permukaan laut, kisah pergumulan ide dan adu argumen nilai-nilai, terus menyebar diskursus di berbagai kalangan bak virus secara global.
Tahun ini kehadiran Indonesia pada rangkaian WEF, melanjutkan tradisi aktivitas di seputaran pertemuan para partisipan utama konferensi.
Catatan selama ini memperlihatkan, kegiatan di ruang konferensi utama diikuti 3.000-an peserta yang membayar biaya dan tiket mahal.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.