JAKARTA, KOMPAS.com - Musibah banjir tanggal 1 dan 2 Januari 2020 di sejumlah kawasan Jakarta, terjadi juga di Depok, Jawa Barat.
Tak hanya fasilitas publik, perkantoran, dan infrastruktur, perumahan pun ikut terdampak banjir besar tersebut. Selain menjadi korban, perumahan juga dituding sebagai penyebab banjir.
Bahkan, Wali Kota Depok Idris Abdul Somad mengatakan, banjir di kotanya terjadi sejak kompleks-kompleks perumahan masif dibangun pada kurun 1982.
"Alhasil, banjir besar awal tahun ini tersebar di 83 titik yang mencakup 29 kelurahan dari total 63 kelurahan," kata Idris, di Universitas Indonesia, Rabu (15/1/2020)
Kerugian material akibat banjir tersebut ditaksir mencapai Rp 8,6 miliar serta 2.276 korban mengungsi.
Baca juga: Permasalahan Banjir Depok Sudah Ada Sejak Perumahan Dibangun
Pengamat Lingkungan Universitas Indonesia (UI) Tarsoen Waryono membenarkan hal ini. Dia mengatakan masalah banjir di Depok erat kaitannya dengan pembangunan perumahan yang melanggar peraturan.
"Perumahan-perumahan dibangun di pinggir lokasi Sungai Ciliwung dari Bogor hingga Depok. Ada 9 permukiman kelas menengah atas yang merupakan salah satu penyebab banjir," ungkap Tarsoen kepada Kompas.com, Kamis (16/1/2020).
Selain penyebab banjir, dia menambahkan, perumahan-perumahan tersebut juga mencemari Sungai Ciliwung. Dua di antara kesembilan perumahan tersebut adalah Pesona Kayangan dan Perumahan Villa Nova.
"Pencemaran limbah domestik seperti sampah rumah tangga termasuk diterjen, dan lain-lain," terang Tarsoen.
Menurut Tarsoen, dampak dari pencemaran tersebut mengakibatkan Sungai Ciliwung penuh sampah, dan limbah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.