Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Djoko Setijowarno
Akademisi

Peneliti Laboratorium Transportasi Unika Soegijapranata

Mimpi Mengintegrasikan Transportasi Umum Seperti di Luar Negeri

Kompas.com - 15/01/2020, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jika ada turis atau pelancong menggunakan transportasi umum hanya membayar 6 Euro sehari atau 26 Euro untuk seminggu. Artinya, ongkos yang dikeluarkan warga sekitar 3 persen dari penghasilan tetap bulanannya.

Coba bandingkan dengan warga Jabodetabek yang dalam kesehariannya menggunakan transportasi umum. Apabila menggunakan KRL Jabodetabek relatif murah.

Namun ongkos perjalanan dari tempat tinggal menuju stasiun kemudian dari stasiun menuju tempat bekerja dapat lebih mahal.

Jika membawa kendarana pribadi harus membayar parkir di stasiun. Total ongkos yang dikeluarkan untuk bertransportasi bisa mencapai rata-rata di atas Rp 30.000.

Hasil penelitian Badan Litbang Kementerian Perhubungan tahun 2013 menyebutkan, pengguna KRL Jabodetabek mengeluarkan 32 persen dari pendapatan tetap bulanan untuk belanja transportasi rutin.

Padahal, Bank Dunia (World Bank) mensyaratkan maksimal 10 persen dari pendapatan tetap bulanan dibelanjakan untuk bertransportasi rutin.

Beberapa kota di duia yang transportasi umumnya sudah bagus, belanja transportasi masyarakatnya tidak lebih dari 10 persen.

Karena ongkos belanja transportasi tinggi, makanya di negara kita setiap rapat atau pertemuan ada istilah menyediakan uang transportasi bagi peserta yang hadir.

Hal seperti itu tidak pernah terjadi di negara yang layanan transportasi umumnya bagus. Persentase masyarakat yang menggunakan transportasi umum sudah lebih dari 50 persen.

Nah, sekarang sudah terbetuk perusahaan patungan antara PT Kereta Api Indoneisa (KAI) dengan PT MRT Jakarta, yakni PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MIJT).

Targetnya mereka dapat melakukan integrasi antar moda, mengembangkan kawasan transit oriented development (TOD), dan penataan simpul transportasi (72 stasiun).

Langkah awal adalah menata empat stasiun, yaitu Stasiun Pasar Senen, Stasiun Tanahabang, Stasiun Juanda dan Stasiun Sudirman.

Yang dinanti adalah integrasi di Stasiun Manggarai dengan target operasional tahun 2021. Secara konstruksi layanan di dalam area stasiun dapat dikatakan sudah bisa disiapkan.

Namun yang menjadi perhatian penting adalah penataan lingkungan di luar Stasiun Manggarai. Relokasi dan negosiasi bukan hal yang mudah tetap harus dilakukan.

Dengan kondisi sekarang jika tidak dilakukan penataan di luar stasiun, keberadaan Stasiun Manggarai yang modern tidak akan berarti apa-apa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com