Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bebas Banjir, Hunian yang Dicari Para Milenial Jakarta

Kompas.com - 04/01/2020, 19:37 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Banjir tahun ini tak hanya merendam rumah-rumah tapak (landed house) yang secara struktur lebih berpotensi terdampak, apartemen (vertical house) juga turut menjadi "korban".

Hanya, menurut Jevon Wicaksono, penghuni Gading Resort Residence 3 kompleks Mall of Indonesia, banjir tahun ini tak sempat masuk kompleks apartemen.

"Banjir di depan kompleks apartemen setinggi 70 cm," kata Jevon.

Akibatnya, para penghuni kesulitan beraktivitas di luar kompleks apartemen, akibat aksesnya terendam banjir.

Oleh karena itu, baik Ali, Melvin, maupun Jevon, lebih memilih hunian bebas banjir. Selain bebas banjir, akses terhadap transportasi publik menjadi pertimbangan kedua.

Baca juga: Perdana, Banjir di Apartemen Sentra Timur Residence Setinggi 50-70 Cm

Faktor akses terhadap transportasi publik ini tak kalah penting. Karena, hunian dengan aksesibilitas yang memadai ini memudahkan mereka untuk beraktivitas sehari-hari. 

"Akses penting. Apalagi yang dekat dengan buss rapid transit (BRT), light rail transit (LRT), mass rapid transit (MRT), atau commuter line (CL), itu akan kami cari," ujar Tommy Godfried Cahyo.

Alasannya, imbuh dia, memangkas ongkos pengeluaran yang bisa separuhnya jika dibandingkan dengan kendaraan pribadi.

Selain itu, dengan memanfaatkan akses dan transportasi publik, dia telah ikut berkontribusi mengurangi kemacetan Jakarta.

Reputasi pengembang

Realistis, praktis, dan juga kritis. Itulah gambaran milenial Jakarta saat ini. Mereka tak peduli, brosur perumahan dan apartemen yang ditawarkan demikian eksklusif atau menggiurkan, jika tidak dapat memenuhi ekspektasi dan preferensi tak akan mereka lirik.

Baca juga: Sering Banjir, Mengapa Kelapa Gading Masih Diminati?

Demikian halnya dengan harga murah, atau hadiah-hadiah yang biasanya dijadikan gimmick oleh pengembang, juga bakal dijauhkan dari pertimbangan. 

Atau, lebih jauh lagi, mereka akan sangat mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan terkait bebas banjir tadi.

Kondisi Jababeka City pada Rabu (1/1/2020)Handsout Kondisi Jababeka City pada Rabu (1/1/2020)
"Kami akan mempertimbangkan apakah perumahan atau apartemen tersebut dibangun di pertemuan antara dua sungai, apakah ada izin mendirikan bangunan (IMB)-nya, apakah analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal)-nya ada," tutur Yusa Cahya Permana, anggota komunitas Forum Diskusi Transportasi Jakarta (FDTJ).

Jakarta bisa terendam banjir, karena masifnya pembangunan fisik yang tak terkendali. Pengembang dengan reputasi baik, kata dia, akan mengutamakan dan memperhatikan hal ini.

Jadi, reputasi, rekam jejak, dan juga konsep pengembangan hunian akan saling terkait dan tidak dapat dipisahkan secara parsial.

Baca juga: Banjir Terjang Jababeka City, Ini Upaya Pengembang

Pengembang yang tidak memiliki visi, Rheza Rivana menimpali, justru akan merugikan konsumennya.

Dia mencontohkan, Kawasan Pondok Gede yang merupakan titik temu Sungai Cikeas dan Sungai Ciliwung seharusnya bebas permukiman.

Namun, hal ini tidak diindahkan. Akibatnya, Perumahan Pondok Gede Permai tenggelam dengan kerugian material tak sedikit.

Untuk diketahui, Perumahan Pondok Gede Permai adalah salah satu yang terdampak banjir paling parah. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com