Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Deddy Herlambang
Pengamat Transportasi

Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (INSTRAN)

Stasiun Gambir atau Manggarai? Benahi Dulu Infrastruktur Pendukungnya

Kompas.com - 09/10/2019, 10:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAAT ini tengah terjadi polemik besar terkait rencana pemerintah untuk memindahkan fungsi stasiun Gambir ke stasiun Manggarai.

Rencananya tahun 2021 kereta api antar kota akan dipindahkan semua ke stasiun Manggarai, sedangkan stasiun Gambir hanya untuk kereta commuter line (KCL).

Sebenarnya apabila telah terjadi konsultasi publik dan sosialisasi matang, barangkali polemik perpindahan fungsi stasiun ini tidak perlu terjadi lagi.

Memang telah ada kajian dari Japan International Cooperation Agency (JICA) tahun 1985 dan 1991 untuk menjadikan Manggarai sebagai terminal atau stasiun terpadu atau hub besar berbasis rel.

Namun, karena eksekusinya terlalu lama yakni 25 tahun setelah kajian, maka perubahan mind set  transportasi tidak diprediksikan pada tahun JICA melakukan kajian.

Saat itu tidak diprediksikan lonjakan perubahan kepadatan kendaraan pribadi. Menurut data Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration (JUTPI), pengguna kendaraan umum di Jakarta masih sekitar 50 persen hingga 60 persen.

Kini pengguna kendaraan umum sebesar 23 persen–25 persen. Jaringan jalan dari dulu hingga sekarang juga tidak ada perubahan yang signifikan karena pertumbuhan jalan hanya 0,01 persen per tahun bila dibandingkan kendaraan baru sebanyak 12-16 persen per tahun.

Saat itu juga tidak diprediksikan transportasi online akan booming seperti sekarang. Akibatnya akses menuju ke Stasiun Manggarai tidak berbentuk dan tidak tertata. Susah payah terjebak kemacaten bila kita memaksa menggunakan kendaraan menuju Manggarai.

Bisa kita katakan bahwa desain Stasiun Manggarai baru saat ini megah dan indah, namun apabila tidak didukung oleh sistem aksesblilitas menuju stasiun, nampaknya sulit diharapkan.

Untuk referensi, Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat, sebuah bandara baru yang megah tidak didukung oleh infrastruktur akses menuju bandara, okupansi bandara juga sulit mencapai ideal sesuai load-factor yang diinginkan.

Kembali kepada Stasiun Manggarai, bila tahun 2021 akan menjadi Station Central (inter-city connection), di sana akan terjadi transit antara kereta antar kota, KA Bandara dan Kereta Commuter Line.

Konsep pola desainmya mungkin mengambil dari Stasiun Waterloo, London. Bedanya di Manggarai tidak  terdapat parkir basement di bawah stasiun

Ada 726 perjalanan kereta api setiap hari di Manggarai, apabila dengan KA Bandara akan bertambah 40 perjalanan KA tiap hari. Total ada 766 perjalanan KA, sangat sibuk secara grafis, namun terlalu kecil untuk akses dan moda pengumpannya.

Saya tidak terlalu yakin dalam waktu dua tahun bisa membangun infrastruktur jalan sesuai load factor Manggarai. Di sinilah pembangunan perkeretaapian oleh Pemerintah pusat (DJKA) yang tidak diimbangi dengan pembangunan jalan oleh Kementerian PUPR atau Dinas PU DKI Jakarta.

Infrastruktur kereta api sudah dibangun kapasitas baru namun tidak pararel  dengan pembangunan infrastruktur jalan. Akhirnya, kelak masyarakat pengguna yang akan kesulitan mengakses stasiun Manggarai.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau