Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menghadirkan Arsitektur Nusantara Melalui Sayembara

Kompas.com - 05/10/2019, 07:00 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

"Secara intens, arsitektur Indonesia ini membutuhkan banyak, ribuan gagasan. Melalui sayembara ini, para arsitek ditempa untuk mengeluarkan gagasan dan ide-ide brilian," kata Ketua Dewan Juri Yori Antar. 

Melihat sejumlah gagasan yang masuk, ia menilai, banyak arsitek Indonesia yang memiliki talenta tinggi. Bahkan, arsitek Tanah Air berpotensi menciptakan tren, tanpa perlu menjadi followers arsitek negara lain.

Selain karena banyaknya destinasi wisata yang masih memerlukan banyak eksplorasi, juga banyak nilai-nilai kebudayaan dalam negeri yang perlu digali untuk kian menarik minat wisatawan untuk berkunjung. 

"Saya berharap sayembara tidak berhenti di sini. Sekarang ini justru adalah waktunya untuk merealisasikan gagasan-gagasan ini. Selain itu, masih banyak amenitas untuk disayembarakan, apalagi ada wajah baru yaitu Likupang," ungkapnya.

Beberapa waktu lalu, Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR Hadi Sucahyono mengungkapkan, untuk dapat menarik minat wisatawan datang, pemerintah berencana menghadirkan sebuah wisata yang eksklusif.

Dalam arti, pengembangan infrastruktur yang dilakukan pemerintah terbatas, agar tetap dapat mempertahankan kekhasan nilai-nilai kebudayaan yang ada.

Di Labuan Bajo, misalnya, untuk di Pulau Rinca nantinya hanya akan diperbaiki jalan setapak menuju lokasi para ranger komodo berada.

Sementara, jalan setapak menuju lokasi komodo berada tetap dipertahankan seperti saat ini. Hal demikian juga akan dilakukan untuk Pulau Komodo, pembenahan infrastruktur sebatas pada dermaga agar wisatawan yang menggunakan kapal yatch atau phinisi, dapat lebih nyaman saat turun. 

Sabda Tua

Sementara itu, salah satu peserta sayembara Assy Saffa mengungkapkan, alasannya mengikuti kegiatan sayembara ini berawal dari kegundahannya setiap kali bepergian ke kawasan Kota Tua, Jakarta. 

Di kawasan tersebut, ia mengaku, sangat sulit bagi wisatawan untuk mendapati toilet. Sehingga, mereka yang 'sudah di ujung tanduk' terpaksa meminjam toilet yang tersedia di ruko-ruko. 

Bersama rekannya, Kanigara Ubaszti Putra, ia kemudian merancang arsitektur tourist information center (TIC) dengan mengusung tema 'Sabda Tua'. 

"Kawasan Kota Tua melalui rupa dan bangunan, telah menjadi nilai yang mahal dengan sendirinya. Namun, tersebarnya fasilitas umum di kawasan ini sudah cukup meletihkan," tulis Assy dalam keterangan karyanya.

"Meski jarak dari satu destinasi ke destinasi lain cukup ramah untuk pejalan kaki, perpecahan fasilitas utama tersebut cukup menyusahkan terutama pada saat-saat genting," imbuhnya.

Salah satu gedung tua yang berdiri sejak zaman Belanda dipertahankan untuk menjadi cagar budaya kota Surabaya. KOMPAScom / Gabriella Wiajaya Salah satu gedung tua yang berdiri sejak zaman Belanda dipertahankan untuk menjadi cagar budaya kota Surabaya.
Kelak bila gagasan ini direalisasikan, 'Sabda Tua' tak hanya akan menyiasati 'perpecahan' fasilitas utama tersebut dengan merangkum seluruh kebutuhan umum ke dalam satu titik.

Hal ini juga dapat menjadi pedestrian hub yang meningkatkan nilai terowongan penyeberangan orang yang ada di kawasan Kota Tua yang kini cenderung kumuh dan hectic. 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com