JAKARTA, KOMPAS.com - Upaya mendorong sektor pariwisata agar menjadi salah satu motor pembangkit devisa negara terus dilakukan pemerintah.
Sektor pariwisata nasional tak bisa hanya pengekor negara lain. Indonesia harus memiliki tren sendiri, untuk dapat memenangkan persaingan di level ASEAN maupun dalam cakupan yang lebih luas.
Kenyataannya, sektor pariwisata domestik masih lemah. Hal itu terlihat dari minimnya upaya untuk menghadirkan nilai-nilai arsitektur nusantara yang kental.
Sejauh ini, hanya Bali yang secara konsisten menghadirkan nilai-nilai kebudayaannya lewat setiap ornamen yang ada di seluruh wilayah Pulau Dewata.
Menteri Pariwisata Arief Yahya pun mengamini hal tersebut. Ia berkisah, beberapa kali kena tegur Presiden Joko Widodo ketika mendampinginya saat melakukan kunjungan kerja ke daerah, seperti ke Danau Toba di Sumatera Utara atau Borobudur di Jawa Tengah.
Baca juga: 10 Oktober, Groundbreaking Destinasi Super Prioritas Danau Toba
Kedua wilayah itu, sebut Arief, kurang dapat menonjolkan nilai-nilai kekhasan daerah masing-masing melalui seni arsitektur yang ada.
Padahal, bila nilai kebudayaan masing-masing daerah diangkat, tak menutup kemungkinan dapat menjadi magnet wisatawan, baik dalam maupun luar negeri.
"Instruksi Presiden jelas, yaitu untuk mengembangkan arsitektur nusantara," kata Arief saat kegiatan Malam Penganugerahan Pemenang Sayembara Desain Akhir Arsitektur Nusantara Pusat Informasi Pariwisata 2019 di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Jumat (4/10/2019) malam.
Pemerintah sendiri tak tinggal diam. Berbagai upaya dilakukan untuk menghadirkan seni arsitektur nusantara yang kontemporer namun tidak meninggalkan kekhasan nilai-nilai kebudayaannya. Salah satunya melalui sayembara.
Sayembara yang puncak acaranya dilakukan pada malam ini adalah kegiatan kedelapan yang dilakukan Kementerian Pariwisata bekerja sama dengan PT Propan Raya sejak 2012 silam. Namun, untuk tema arsitektur nusantara, baru kali ini dihelat.
Namun, hanya 373 tim yang pada akhirnya memasukkan karyanya. Adapun secara keseluruhan, total karya yang diterima panitia sebanyak 543 karya atau naik 48 persen dibandingkan tahun lalu.
Karya yang masuk merepresentasikan sepuluh 'Bali Baru' dan satu satu destinasi pariwisata tambahan yang telah ditetapkan pemerintah.
Kesebelas tempat itu adalah Danau Toba (56 karya), Tanjung Kelayang (54 karya), Tanjung Lesung (45 karya), Kepulauan Seribu dan Kota Tua (41 karya) dan Borobudur (59 karya).
Baca juga: Denpasar, Jakarta, dan Batam, Top Ten Pertumbuhan Turis Terbesar Dunia
Kemudian, Bromo-Tengger-Semeru (58 karya), Mandalika (49 karya), Labuan Bajo (48 karya), Wakatobi (49 karya), Morotai (47 karya) dan Likupang (37 karya).
"Secara intens, arsitektur Indonesia ini membutuhkan banyak, ribuan gagasan. Melalui sayembara ini, para arsitek ditempa untuk mengeluarkan gagasan dan ide-ide brilian," kata Ketua Dewan Juri Yori Antar.
Melihat sejumlah gagasan yang masuk, ia menilai, banyak arsitek Indonesia yang memiliki talenta tinggi. Bahkan, arsitek Tanah Air berpotensi menciptakan tren, tanpa perlu menjadi followers arsitek negara lain.
Selain karena banyaknya destinasi wisata yang masih memerlukan banyak eksplorasi, juga banyak nilai-nilai kebudayaan dalam negeri yang perlu digali untuk kian menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
"Saya berharap sayembara tidak berhenti di sini. Sekarang ini justru adalah waktunya untuk merealisasikan gagasan-gagasan ini. Selain itu, masih banyak amenitas untuk disayembarakan, apalagi ada wajah baru yaitu Likupang," ungkapnya.
Beberapa waktu lalu, Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR Hadi Sucahyono mengungkapkan, untuk dapat menarik minat wisatawan datang, pemerintah berencana menghadirkan sebuah wisata yang eksklusif.
Di Labuan Bajo, misalnya, untuk di Pulau Rinca nantinya hanya akan diperbaiki jalan setapak menuju lokasi para ranger komodo berada.
Sementara, jalan setapak menuju lokasi komodo berada tetap dipertahankan seperti saat ini. Hal demikian juga akan dilakukan untuk Pulau Komodo, pembenahan infrastruktur sebatas pada dermaga agar wisatawan yang menggunakan kapal yatch atau phinisi, dapat lebih nyaman saat turun.
Sementara itu, salah satu peserta sayembara Assy Saffa mengungkapkan, alasannya mengikuti kegiatan sayembara ini berawal dari kegundahannya setiap kali bepergian ke kawasan Kota Tua, Jakarta.
Di kawasan tersebut, ia mengaku, sangat sulit bagi wisatawan untuk mendapati toilet. Sehingga, mereka yang 'sudah di ujung tanduk' terpaksa meminjam toilet yang tersedia di ruko-ruko.
Bersama rekannya, Kanigara Ubaszti Putra, ia kemudian merancang arsitektur tourist information center (TIC) dengan mengusung tema 'Sabda Tua'.
"Kawasan Kota Tua melalui rupa dan bangunan, telah menjadi nilai yang mahal dengan sendirinya. Namun, tersebarnya fasilitas umum di kawasan ini sudah cukup meletihkan," tulis Assy dalam keterangan karyanya.
"Meski jarak dari satu destinasi ke destinasi lain cukup ramah untuk pejalan kaki, perpecahan fasilitas utama tersebut cukup menyusahkan terutama pada saat-saat genting," imbuhnya.
Hal ini juga dapat menjadi pedestrian hub yang meningkatkan nilai terowongan penyeberangan orang yang ada di kawasan Kota Tua yang kini cenderung kumuh dan hectic.
Lebih dari itu, 'Sabda Tua' juga diyakini dapat menjadi salah satu daya tarik ke depan bagi wisatawan yang konon, jalur ini akan menjadi trase yang dilalaui proyek Moda Raya Terpadu (MRT) Fase 2 koridor Selatan-Utara dari Bundaran HI ke Kampung Bandan.
Berikut karya para pemenang untuk masing-masing kategori:
Juara Utama: Fala Sasa'dua, Morotai
1. Danau Toba
2. Tanjung Kelayang
3. Tanjung Lesung
4. Kepulauan Seribu dan Kota Tua
5. Borobudur
6. Bromo-Tengger-Semeru
7. Mandalika
8. Labuan Bajo
9. Wakatobi
10. Morotai
11. Likupang