Hal ini karena kebutuhan hunian untuk pasar mereka demikian tinggi, terutama di kawasan Alam Sutera yang telah berdiri kampus-kampus ternama dengan jumlah ribuan mahasiswa.
"Kami menangkap peluang itu. Tak sekadar membangun apartemen, melainkan juga melengkapinya dengan berbagai fasilitas yang dibutuhkan kelas pasar ini seperti perpustakaan, Sky lounge, dan smart living system," imbuh Edwin.
Selain itu, sambung dia, sesuai dengan makna "The Burj" yang berarti menara, Arkco Land Development juga akan mengadopsi gaya hidup, fitur, sekaligus langgam arsitektur tipikal bangunan-bangunan di Dubai.
Miniatur The Burj Dubai ini kemudian dipadukan dengan kultur Indonesia berupa aksentuasi batik pada eksterior dan interior bangunan yang diklaim Edwin sebagai pembeda dengan proyek sejenis lainnya.
Diferensiasi itulah yang membuat Edwin optimistis dapat mendulang penuualan hingga akhir tahun 2019 senilai Rp 200 miliar dari 30 persen unit terjual.
"Kami yakin akan mencapai target, seiring terbangunnya galeri penjualan dan unit pamer serta akan dimulainya Ground breaking pada Februari 2020," cetus Edwin.
Arkco Land Development merogoh pundi sekitar 80 juta dollar AS atau ekuivalen Rp 1,13 triliun guna membangun dua menara yang dijadwalkan rampung seluruhnya dalam lima tahun.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.