Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DP 0 Rupiah Belum Bisa Mendongkrak Permintaan Rumah

Kompas.com - 12/08/2019, 22:50 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Sayangnya, menurut Director Research and Consultancy Cushman and Wakefield Indonesia Arief Rahardjo, kebijakan tersebut belum terbukti ampuh meningkatkan permintaan rumah.

"Kalau pun ada rumah atau properti yang harganya terjangkau oleh generasi muda ini, lokasinya pasti di pinggiran atau area baru yang sulit diakses," kata Arief kepada Kompas.com, Senin (12/8/2019).

Dengan kondisi seperti itu, beban generasi muda menjadi lebih berat, karena mereka harus mengalokasikan pendapatannya untuk ongkos transportasi. Padahal di sisi lain, mereka juga harus membayar cicilan rumah setiap bulannya.

Baca juga: Milenial, Gaji Rp 4 Juta Bisa Beli Rumah dengan DP 0 Rupiah

Direktur Utama Lamudi Indonesia Mart Polman juga mengungkapkan pendapat senada. Menurut Mart, LTV selalu menjadi momok menakutkan khususnya para pembeli rumah pertama.

"Jika batasan pembayaran DP dibuat terlalu tinggi akan membebani calon pembeli hunian yang pada akhirnya minat membeli rumah berkurang," sebut Mart.

Bukti belum bangkitnya permintaan pasar hunian adalah terus menurunnya transaksi 10 pengembang besar pada tahun 2018.

BI mencatat total pra-penjualan hanya mencapai Rp 27,68 triliun. Angka ini turun dari posisi tahun 2017 yang mencapai Rp 42 triliun.

Catatan tahun 2018 tersebut juga lebih rendah dari posisi tahun 2016 yang sebesar Rp 34,51 triliun.

Sementara catatan Cushman and Wakefield per Semester I-2019 menunjukkan transaksi perumahan hanya senilai Rp 6,67 triliun.

Angka ini merosot sekitar 11,9 persen dibanding transaksi yang terekam pada Semester II-2018 yang mencapai Rp 7,57 triliun.

Riset Cushman and Wakefield Indonesia ini dilakukan terhadap 38 perumahan besar di wilayah Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi ( Jadebotabek).

Seluruh indikator menunjukkan penurunan signifikan yang direfleksikan ke dalam tingkat serapan bulanan dalam unit dan juga nilai.

Selain itu, rata-rata unit rumah yang ditransaksikan juga merosot serentang 3,4 unit hingga 22,9 unit per bulan per perumahan. Padahal semester sebelumnya, transaksi bisa mencapai maksimal rata-rata 26,3 unit.

Jadi, tak mengherankan bila backlog hunian kita masih berada pada level jutaan unit rumah. Meskipun ada Program Satu Juta Rumah, namun belum menunjukkan hasil memuaskan.

Pada tahun 2015, rumah yang terbangun sebanyak 699.770 unit, tahun 2016 sebanyak 805.169 hunian, tahun 2017 ada 904.758 rumah, puncaknya tahun 2018 terbangun 1.132.621 rumah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau