Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudahkah Rumah Anda Tahan Gempa?

Kompas.com - 08/08/2019, 20:00 WIB
Hilda B Alexander

Editor

Sumber

Sebagai hasilnya, gaya lateral dari gempa berhasil diredam sehingga mengurangi dampak kerusakan yang ditimbulkan.

Konstruksi beton bertulang

Meskipun memiliki struktur pondasi yang solid, rumah tetap dapat mengalami goncangan saat gempa terjadi.

Hal ini berhubungan dengan tingkat daktilitas atau kelenturan material dalam menyerap energi gempa sehingga dapat mempertahankan keseluruhan struktur bangunannya.

Semakin lentur materialnya, maka semakin stabil konstruksinya.

Konstruksi bangunan sebaiknya dirakit menggunakan material beton bertulang karena memiliki tingkat kelenturan yang tinggi.

Material ini juga memiliki komponen yang bervariasi sehingga dapat membentuk struktur bangunan yang terintegrasi dengan baik.

Idealnya, konstruksi rumah tahan gempa juga menyertakan sistem peredam (active mass damping) yang dapat menahan beban di bagian atas bangunan agar tidak ambruk saat gempa terjadi.

Mengadopsi teknologi konstruksi Jepang

Adopsi prinsip bangunan anti gempa dari JepangShutterstock Adopsi prinsip bangunan anti gempa dari Jepang
Jepang sebagai negara yang paling sering mengalami gempa, telah lama menerapkan prinsip bangunan anti gempa.

Salah satu desain arsitektur anti gempa yang dapat ditiru adalah desain pada kuil dan bangunan-bangunan modernnya yang menerapkan sistem sensor airbag.

Setiap rumah mulai dipasangi sensor yang dapat mendeteksi getaran dari dalam bumi. Sensor tersebut mengaktifkan kompresor yang akan memompa udara ke dalam airbag yang terpasang di pondasi bangunan.

Airbag yang menggelembung mengakibatkan bangunan terangkat dan melayang di atas permukaan tanah yang bergerak akibat gempa.

Dengan begitu, setiap ruang dan bagian di rumah akan aman, seperti kitchen set di dapur.

Adopsi arsitektur rumah Dome

Rumah dengan arsitektur domeShutterstock Rumah dengan arsitektur dome
Rumah dome yang berbentuk membulat seperti Igloo, yaitu rumah khas suku Eskimo, diterapkan di perkampungan Sleman, daerah yang terkena bencana gempa Yogyakarta tahun 2006 lalu.

Selain struktur bangunan yang minim sudut, penggunaan material ringan seperti styrofoam juga bisa meminimalisasi bahaya yang diakibatkan guncangan besar.

Dampak risiko bencana gempa akan semakin besar seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya.

Sudah saatnya kita mempersiapkan diri dari bencana berskala besar dengan membangun rumah tahan gempa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau