KOMPAS.com - Lokasi geografis Indonesia berada di kawasan pertemuan tiga lempeng yang bergerak dari Australia, Eropa, dan Pasifik.
Kondisi seperti ini menimbulkan konsekuensi fenomena alam seperti gempa, yang terjadi akibat adanya interaksi antar lempeng, rawan terjadi di Indonesia.
Gempa tak mungkin dapat dicegah. Besarnya energi yang dilepaskan dari gempa juga belum dapat diperkirakan dengan akurat.
Akan tetapi, banyak cara antisipatif untuk meminimalisasi bahaya yang diakibatkan gempa. Salah satunya memastikan setiap ruang tinggal memiliki struktur bangunan tahan gempa.
Rumah tahan gempa memiliki karakteristik tersendiri, umumnya dilingkupi pondasi yang memenuhi standar dan telah teruji coba aman dari goncangan besar.
Dengan begitu, Anda dan keluarga akan aman saat berada di dalam rumah saat sedang terjadi gempa.
Hindari membangun rumah di permukaan berporus
Hindari membangun rumah di atas tanah yang terlalu porus atau mudah menyerap air dan pastikan kepadatannya cukup solid.
Parahnya kerusakan rumah akibat gempa di Palu, Sulawesi Tengah, beberapa waktu lalu dikarenakan kawasan perumahan dibangun di atas tanah yang belum terkonsolidasi dengan baik.
Rancang pondasi ikat atau isolator
Solusi yang pertama dilakukan adalah dengan mengikat seluruh pondasi ke dalam satu struktur, sehingga bisa bergerak dalam kesatuan unit.
Selain itu, bisa juga diterapkan pondasi isolator (base isolator). Pondasi ini membuat bangunan dapat bergeser mengikuti pergerakan gempa.
Saat gempa terjadi, pondasi dapat menahan struktur bangunan di atasnya tanpa menggerakkannya sama sekali.
Sebagai hasilnya, gaya lateral dari gempa berhasil diredam sehingga mengurangi dampak kerusakan yang ditimbulkan.
Konstruksi beton bertulang
Hal ini berhubungan dengan tingkat daktilitas atau kelenturan material dalam menyerap energi gempa sehingga dapat mempertahankan keseluruhan struktur bangunannya.
Semakin lentur materialnya, maka semakin stabil konstruksinya.
Konstruksi bangunan sebaiknya dirakit menggunakan material beton bertulang karena memiliki tingkat kelenturan yang tinggi.
Material ini juga memiliki komponen yang bervariasi sehingga dapat membentuk struktur bangunan yang terintegrasi dengan baik.
Idealnya, konstruksi rumah tahan gempa juga menyertakan sistem peredam (active mass damping) yang dapat menahan beban di bagian atas bangunan agar tidak ambruk saat gempa terjadi.
Mengadopsi teknologi konstruksi Jepang
Salah satu desain arsitektur anti gempa yang dapat ditiru adalah desain pada kuil dan bangunan-bangunan modernnya yang menerapkan sistem sensor airbag.
Setiap rumah mulai dipasangi sensor yang dapat mendeteksi getaran dari dalam bumi. Sensor tersebut mengaktifkan kompresor yang akan memompa udara ke dalam airbag yang terpasang di pondasi bangunan.
Airbag yang menggelembung mengakibatkan bangunan terangkat dan melayang di atas permukaan tanah yang bergerak akibat gempa.
Dengan begitu, setiap ruang dan bagian di rumah akan aman, seperti kitchen set di dapur.
Adopsi arsitektur rumah Dome
Selain struktur bangunan yang minim sudut, penggunaan material ringan seperti styrofoam juga bisa meminimalisasi bahaya yang diakibatkan guncangan besar.
Dampak risiko bencana gempa akan semakin besar seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya.
Sudah saatnya kita mempersiapkan diri dari bencana berskala besar dengan membangun rumah tahan gempa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.