Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gedung Kantor yang Dilewati MRT Lebih Diminati

Kompas.com - 30/07/2019, 15:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Terus meningkatnya jumlah pengguna moda raya terpadu (MRT) hingga mencapai rata-rata 90.000 orang per hari, mengindikasikan bahwa transportasi publik ini semakin signifikan kehadirannya.

Baca juga: 90.000 Penumpang Naik MRT Jakarta Per Hari Pasca 4 Bulan Beroperasi

Bahkan, menurut Leads Property Indonesia, keberadaan MRT akan mengubah cara pandang perusahaan dalam mencari ruang kantor.

"Gedung kantor yang dilewati rute MRT bakal lebih diminati dibandingkan gedung perkantoran yang tidak dilewati oleh MRT," cetus Senior Manager Research and Consultancy Department Leads Property Indonesia Martin Samuel Hutapea kepada Kompas.com, Selasa (30/7/2019).

Martin memperkirakan, tingkat hunian gedung-gedung kantor yang dilewati MRT akan lebih dahulu mendapatkan penyewa sehingga harga sewa mereka juga bakal bertumbuh lebih awal.

Di kawasan central business district (CBD), terutama koridor Jenderal Sudirman dan MH Thamrin menjadi konsentrasi perkantoran yang diuntungkan oleh keberadaan MRT.

Baca juga: Marmer Italia, Kloset Jerman, Ini Spesifikasi Apartemen Mewah Jakarta

Sedangkan di luar CBD, yang diuntungkan oleh keberadaan MRT adalah koridor TB Simatupang sisi Lebak Bulus dan Fatmawati.

"Kami memperkirakan, dalam beberapa tahun ke depan, akan tumbuh pengembangan kantor baru di lokasi- lokasi tertentu di koridor TB Simatupang, Fatmawati hingga Cipete Raya, yang disebut dengan Transit-Oriented Development (TOD)," urai Martin.

Stiker line antrean pintu masuk MRT Jakarta Stasiun Bundaran HI yang sudah mulai rusak, Rabu (17/4/2019)KOMPAS.com/Ryana Aryadita Stiker line antrean pintu masuk MRT Jakarta Stasiun Bundaran HI yang sudah mulai rusak, Rabu (17/4/2019)
Pengembangan gedung kantor berbasis TOD akan lebih menarik minat penyewa dan atau pembeli unit ruang kantor, karena lebih cepat untuk mencapai pusat perkantoran baik di CBD maupun TB Simatupang.

Baca juga: Ini Lima Apartemen Mewah Termahal di Jakarta

Secara umum, sektor- sektor yang menggerakkan permintaan ruang kantor dalam lima tahun terakhir adalah co-working space, IT, keuangan, fintech, sekuritas, telekomunikasi, e-commerce dan perbankan.

"Mengikuti perkembangan zaman," cetus Martin.

Berbeda kondisinya dengan 10 hingga 15 tahun yang lalu, permintaan ruang kantor digerakkan oleh sektor-sektor besar seperti minyak dan gas, pertambangan, dan asuransi.

Demi mengakomodasi permintaan, desain floor plate ruang kantor akan lebih luas karena ruang kantor akan mengikuti tren tertentu yaitu dilengkapi dengan sofa, café, gym dan ruang berinteraksi sesama pekerja di perusahaan tersebut.

Adapun pengembangan gedung kantor akan dilengkapi dengan fasilitas ritel seperti café dan restoran, khususnya fine dining karena di sinilah para profesional akan melakukan meeting dan networking.

Kinerja kuartal II

Pada kuartal II-2019, pasar perkantoran Jakarta baik di CBD maupun Luar-CBD, tidak mengalami pertambahan pasokan, sehingga jumlah pasokan kumulatif tetap berada pada angka 6,76 juta meter persegi (CBD) dan 3,78 juta meter persegi (Luar CBD).

Walaupun tidak ada pasokan tambahan, tetapi besarnya pasokan kumulatif ruang kantor  masih tergolong besar akibat pengembangan-pengembangan gedung yang secara konsisten dilaksanakan sejak lima tahun terakhir.

Kondisi ini menyebabkan tingkat hunian sedikit membaik menjadi 75,9 persen (CBD) dan 81,6 persen (Luar CBD) pada kuartal II-2019 ini.

Perubahan ini secara kuartalan ini sebenarnya tidak signifikan karena masih di bawah 0,5 basis poin secara kuartalan (dari kuartal sebelumnya).

Cakrawala Jakarta, Indonesia.Hilda B Alexander/Kompas.com Cakrawala Jakarta, Indonesia.
Pencapaian tingkat hunian ini juga, secara bersamaan, didukung dari sisi permintaan secara kuartalan.

Permintaan dari kuartal I-2019 ke kuartal II-2019 tercatat seluas 33,300 meter persegi (CBD) dan 17,240 meter persegi (Luar CBD).

Kontribusi permintaan secara kuartalan tersebut menyebabkan permintaan kumulatif mencapai 5,13 juta meter persegi (CBD) dan 3,08 juta meter persegi (Luar CBD).

Harga sewa

Walaupun ruang kantor mengalami pertumbuhan permintaan secara sehat, namun penawaran harga sewa kotor (asking gross rent) masih belum dapat meningkat secara signifikan.

Dengan kata lain masih stabil karena para pemilik gedung (landlord) masih bersaing dalam
mendapatkan penyewa (tenant).

Pada kuartal II-2019, harga sewa kotor (gross rents) di CBD dan Luar-CBD, masing-masing mencapai Rp 366.000 per meter persegi per bulan dan Rp 243.300 per meter persegi per bulan.

Besaran ini tidak menggambarkan perubahan yang signifikan yaitu berkisar 0,5 persen-1,0 persen dari kuartal sebelumnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com