JAKARTA, KOMPAS.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui World Health Organization (WHO) dan United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) merilis laporan baru yang berfokus pada air, sanitasi, dan kebersihan di seluruh dunia.
Laporan ini menyatakan pada tahun 2017, sebanyak 9 persen rumah tangga dari total 264 juta populasi Indonesia masih buang air besar (BAB) sembarangan.
Itu artinya, masih terdapat sekitar 23,76 juta masyarakat Indonesia yang masih BAB sembarangan.
Hal ini diakui Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki dalam kunjungan kerjanya ke Kampung Pojok, Desa Sindangsari, Kecamatan Pabuaran, Serang, Banten, Jumat (15/3/2019).
Baca juga: Di Indonesia, 60 Juta Orang BAB Sembarangan
Menurut dia, selama ini masyarakat masih memiliki kegemaran untuk BAB sembarangan. Bahkan, di beberapa wilayah, ada masyarakat yang sengaja membuang BAB di halaman rumah mereka masing-masing.
"Di dunia ini hanya ada tiga negara, yaitu India, Nigeria dan Indonesia yang masih punya budaya buang air besar sembarangan," kata Basuki di Kota Serang, Jumat (15/3/2019).
Ia mengatakan, bila BAB tersebut dilakukan di sungai, mungkin tidak akan menimbulkan persoalan cukup besar. Sebab, sungai yang mengalir akan meminimalisasi dampak polusi yang ditimbulkan dari BAB.
Lain halnya bila BAB tersebut dibuang di halaman rumah, kemudian mengotori air sumur yang menjadi sumber air minum bagi keluarga.
"Air tanah kalau sudah terkotori tidak bisa dibersihkan. Ini efeknya nanti, dampaknya panjang untuk anak kecil kita," ucap Basuki.
Kendati demikian, PBB mencatat, dalam kurun 17 tahun sejak 2000, Indonesia mampu mengurangi angka BAB sembarangan sebesar 23 persen dari jumlah populasi.
Selain Indonesia, banyak negara berkembang yang juga masih bergelut dengan kondisi sanitasi yang buruk, seperti India.
Baca juga: Indonesia Masuk 3 Negara Dunia yang Warganya Masih BAB Sembarangan
Secara umum PBB mencatat terdapat sekitar 2,2 miliar orang di seluruh dunia tidak memiliki akses ke air minum bersih, lalu sekitar 4,2 miliar tidak memiliki layanan sanitas yang aman, serta 3 miliar orang tidak memiliki fasilitas cuci tangan dasar.
Laporan tersebut juga menyoroti kondisi masyarakat yang masih BAB secara terbuka serta kemajuan negara-negara yang mampu mengurangi persentasenya.
Sebanyak 91 negara berhasil mengurangi angka BAB sembarangan antara tahun 2000 hingga 2017.
Pada tahun 2000, PBB menyatakan sebanyak 1,3 miliar orang masih BAB sembarangan, namun pada 2017, angka ini berkurang hingga sebanyak 673 juta di seluruh dunia.