DALAM satu kegiatan saya sebagai fellow di Salzburg Global Seminar pekan lalu, saya berkesempatan bercengkerama dengan kawan Daniel “Geurilla Geographer” Raven-Ellison. Dia merupakan orang yang kini menjadi perhatian di Inggris Raya.
Lima tahun lalu, Daniel memulai kampanye akar rumput sebuah ide yang cukup gila dan radikal, yaitu menjadikan kota London sebagai Kota Taman Nasional.
Ya betul, bukan sebaliknya yaitu taman nasional di dalam kota. London National Park City adalah status Taman Nasional bagi seluruh kawasan kota London.
Tentu saja ide menjadikan ibu kota Inggris yang besar dan rumit ini sebagai “taman nasional" dianggap radikal, karena status Taman Nasional yang berlaku secara internasional erat kaitannya dengan berbagai prasyarat dan aturan yang melekat padanya.
Pada acara National Park City Festival 20-28 Juli mendatang, berbagai acara urban festival akan berlangsung di kota London, sekaligus menandai sebuah status baru London National Park City.
Filosofi taman nasional mulai hadir melalui penyair terkenal Inggris yang lahir tahun 1770 William Wordworth dalam karya-karya romantiknya tentang alam, terutama tempat kelahirannya Lake District.
Wordworth menyebut alam dan lingkungan sebagai “milik nasional, semua orang memiliki hak dan kebutuhan, mata yang perlu dipuaskan dan hati untuk menikmati”.
Taman nasional merupakan kawasan yang dilindungi (protected area) oleh World Conservation Union Kategori 2. Indonesia meratifikasi ini, dan taman nasional diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Taman Nasional didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Dalam tatanan perencanaan ruang di Indonesia, dikotomi kawasan pelestarian alam dan konservasi dengan kawasan penggunaan lain, merupakan isu besar sumber konflik ruang tak kunjung usai.
Bagi para perencana, mencampur adukan taman nasional dengan kota metropolitan yang guna lahannya intensif, nyaris sebuah kemustahilan di Indonesia.
Tengok kota Palangkaraya, yang pada awal perencanaannya bahkan digadang jadi ibu kota negara pada zaman Soekarno. Komposisi penggunaan lahan ini sampai tahun 2016 terdiri atas 27,6 persen kawasan lindung dan 72,4 persen kawasan budidaya.
Yang termasuk dalam Kawasan Lindung yaitu Daerah Sempadan Sungai (DSS), Hutan Lindung, Suaka Alam, Taman Nasional Darat dan Cagar Alam Darat. Sedangkan yang termasuk dalam Kawasan Budidaya yaitu Area Penggunaan Lainnya (APL), Hutan Produksi dapat Dikonversi (HPK) dan Hutan Produksi (HP).
Para pakar pertamanan dan perkotaan dunia yang berkumpul di Salzburg pun menyambut upaya yang sedang dilakukan oleh London. Optimisme tumbuh terutama dikalangan conservationist dan pegiat lingkungan.
Para perencana pun melihat dari aspek potensi peningkatan vibrancy dan potensi peningkatan kualitas hidup di kota London.
Bidang engineering dan desain serta panataan ruang ditantang untuk memaknai dan mengaplikasi nilai-nilai lingkungan untuk meningkatkan wellbeing dan livability. Rangkaian perubahan gaya hidup dalam taman nasional tentu akan mengubah vibrancy kota.
London National Park City dikembangkan di atas pilar kegiatan akar rumput dan aktivisme. Yang hebat adalah betapa masyarakat modern saat ini sudah menjadi agen perubah yang sangat penting.
Kegiatan kampanyenya pun dilakukan dalam rentang 5 tahun terakhir, mulai dari penyusunan London Greenfround Map, yang memperlihatkan cakupan ruang hijau yang sangat ekspansif di berbagai format seperti taman bermain, sempadan sungai, urban farming dan lain sebagainya.
Saat ini para pegiat sudah mampu menghitung di areal 1.500 kilometer persegi metro London sebagai salah satu habitat penting, ditinggali oleh 8 juta manusia, 1.500 spesies bunga, lebih dari 300 spesies burung, dengan 300-an bahasa di masyarakat, 170 museum, dan 4 situs sejarah UNESCO.
Pemerintah kota mulai melakukan program penyertaan masyarakat, dengan menyiapkan dana hibah untuk penanaman oleh masyarakat mulai 5.000 sampai 50.000 pound.
Juga diadakan berbagai acara seperti lomba fotografi berkala dan kampanye “hari kerja di taman”. Walikota Sadiq Khan pun berkomitmen untuk menjadikan separuh London hijau dan tutupan canopy 10 persen pada tahun 2050.
Saya pun kemudian mencoba pikiran tersebut dalam sketsa gagasan pemindahan ibu kota ke Kalimantan. Saya menganalisis cepat bagaimana menempatkan 1,5 juta penduduk. Berapa lama? Berapa sulit? Bagaiaman tahapannya?
Apa rasio hijaunya? Bisakah ibu kota sebagai taman nasional?
Bukankah Kalimatan sebagai salah satu dari empat pulau terbesar di dunia merupakan frontier dari keragaman hayati dengan begitu banyak spesies asli flora, fauna dan manusia?
Bisa jadi kita akan melihat sebuah fenomena pembaruan dari gerakan Garden City-nya Ebenzer Howard, yang pada tahun 1898 memulai perancangan green belt mengelilingi pusat kota., sehingga membentuk komunitas mandiri dengan kegiatan baik pertanian, industri maupun permukiman.
Kota yang semakin padat dan kumuh menjadi permasalahan masa itu, melalui gerakan Garden City dihubungkan dengan pedesaan sekitarnya, sehingga kaum pekerja mempunyai pilihan lain.
Namun tahun 1930-an Le Corbuzier melalui Piagam Athena bersama rekan-rekannya melalui Congrès International d'Architecture Moderne(CIAM) mempromosikan desain kota yang dipenuhi dengan bangunan-bangunan padat dan menjadi functional city.
Jadilah banyak kota seperti sekarang, penuh dengan hutan beton yang kompetitif dalam menggunakan ruang.
Belajar dari London, dan memasuki era merencana kota baru di Indonesia adalah tantangan, untuk "reimagining how city need to be planned".
Mengalun harapan, keriangan dan optimisme Worsworth’s pada puisinya yang terkenal “Daffodils”:
I wandered lonely as a cloud,
That floats on high o’er vales and hills
When all at once I saw a crowd,
A host, of golden daffodils;
Beside the lake, beneath the trees,
Fluttering and dancing in the breeze.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.