Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

YLKI Nilai "One Way" Belum Ampuh Urai Kemacetan Tol Trans-Jawa

Kompas.com - 01/06/2019, 19:48 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan, rekayasa lalu lintas one way belum ampuh mengatasi kemacetan, khususnya di ruas Tol Jakarta-Cikampek.

Menurut Tulus, rerata laju kendaraan di ruas Tol Jakarta-Cikampek hanya 20 hingga 30 kilometer per jam.

Sementara selepas Tol Jakarta-Cikampek, laju kendaraan rata-rata mencapai 30 sampai 40 kilometer per jam.

"Artinya harapan menggunakan one way traffic lancar khususnya di Cikampek itu tidak tercapai," ujar Tulus kepada Kompas.com, Sabtu (1/6/2019).

Menurutnya, tingginya volume trafik karena jumlah kendaraan yang masuk ke jalan tol naik menjadi 160 persen dari biasanya.

Baca juga: Merapah Trans-Jawa 4, Panduan Lengkap Mudik 2019

Dengan demikian, hal ini membuat Tol Jakarta-Cikampek tidak mampu menampung jumlah kendaraan yang ada.

Selain itu, terdapat tiga titik kemacetan khususnya di tikungan Cikunir karena menjadi pertemuan dari ruas Tol JORR dan tol dalam kota.

"Sehingga terjadi kemacetan panjang karena ada belokan yang menyempit," ucap Tulus.

Situasi lalu lintas di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 62 jelang rest area, Sabtu (1/6/2019). Saat ini tengah diterapkan rekayasa lalu lintas contraflow dari KM 29 hingga KM 70.GARRY ANDREW LOTULUNG/KOMPAS.com Situasi lalu lintas di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 62 jelang rest area, Sabtu (1/6/2019). Saat ini tengah diterapkan rekayasa lalu lintas contraflow dari KM 29 hingga KM 70.

Kemudian, tidak tercapainya kelancaran selama penerapan one way dikarenakan keberadaan rest area.

Tulus beranggapan, kendaraan yang akan masuk ke rest area menimbulkan gerakan yang melambat di lalu lintas sehingga akhirnya menimbulkan kemacetan.

Hal ini diperparah dengan banyaknya kendaraan yang berhenti di bahu jalan karena kondisi rest area yang penuh.

"Karena orang mau masuk dan kemudian ketika mau masuk terjadi pelambatan atau berhenti di bahu jalan karena rest area sudah over capacity," ucap Tulus.

Selain itu, kemacetan juga diakibatkan adanya pengguna jalan yang berpindah rute ke jalur one way. Perpindahan ini juga berkontribusi terhadap pelambatan lalu lintas dan bahkan kemacetan.

Baca juga: Jalur Pantura dan Pansela Tak Kalah Mulus Dibanding Tol Trans-Jawa

Menurutnya, banyak pengguna jalan yang saling bersinggungan saat akan masuk ke jalur yang berbeda sehingga menimbulkan perlambatan.

"Makanya sejak awal kami sudah warning tolong manajamen trafik di rest area diperkuat," kata dia.

Tulus menilai, dalam pelaksanaan sistem ini perlu ada beberapa hal yang dievaluasi, terutama mengenai keberadaan petugas.

Seharusnya di beberapa titik di mana pengguna jalan melambat atau melakukan perpindahan jalur sudah ada petugas yang konsisten memandu pemudik.

"Misal mau ke arah rest area atau berganti lajur, ke trafik yang satu lagi itu tidak ada petugas sehingga banyak pengguna yang saling serobot sehingga menimbulkan kemacetan," ucap Tulus.

Kompas Video KOMPAS.com - Tim Merapah Trans-Jawa 4 Kompas.com kembali melanjutkan perjalanan ke Probolinggo, Jawa Timur. Probolinggo merupakan satu di antara 3 kabupaten yang dilalui ruas tol Pasuruan-Probolinggo. Tol yang memiliki panjang 31,1 KM ini merupakan akses bagi pemudik lebaran yang ingin singgah ke sejumlah tempat wisata yaitu Ranu Agung dan Madakaripura. Ruas Tol Pasuruan-Probolinggo berakhir di kilometer 841. Titik ini merupakan cikal bakal tol trans-jawa bagian terakhir yakin ruas Probolinggo-Banyuwangi sepanjang 172,90 KM. Saksikan terus perjalanan Tim Merapah Trans-Jawa 4 di video selanjutnya #merapah #merapahtransjawa #merapahtransjawa4 #mudik #lebaran #arusmudik
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau