Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gedung KPU, Saksi Bisu Bersejarah Perjalanan Politik Indonesia

Kompas.com - 03/05/2019, 15:30 WIB
Erwin Hutapea,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Setelah itu dibalut dengan dinding kamprot semen dan sirip penangkal matahari sebagai elemen utama yang membuatnya menjadi menarik.

“Dindingnya tidak dicat, semennya kasar seperti karang, istilahnya dikamprot. Itu yang jadi ciri khas IBIV,” imbuh Setiadi.

Dia menambahkan, sejauh yang dia ketahui, gedung PPN merupakan bangunan tertinggi di Jakarta saat itu. Gedung tersebut terdiri dari 4 lantai. 

Baca juga: Liem Bwan Tjie, Tionghoa Pelopor Arsitektur Modern Indonesia

Setiap lantai memiliki ketinggian sekitar 5 meter. Diperkirakan hal itu untuk mengantisipasi faktor cuaca panas.

“Saya rasa tingginya itu masih sama karena itu sulit direnovasi. Hampir tidak ada perubahan signifikan,” ucap Setiadi.

Untuk diketahui, di bawah kepemimpinan arsitek Albertus Wilhelm Gmelig Meyling, biro IBIV bisa melewati periode pendudukan Jepang dan mencapai kesuksesan saat Indonesia baru merdeka.

IBIV juga tercatat sebagai salah satu biro arsitek paling produktif pada masa itu. Lebih kurang 700 proyek telah dikerjakan pada periode 1936 sampai 1957.

Sejumlah bangunan penting pun merupakan hasil rancangan biro ini, misalnya hanggar pesawat di Bandung, Jakarta, dan Madiun (1938), Pabrik Kertas Letjes Probolinggo (1938), dan Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor (sekarang kampus IPB Baranangsiang). 

Selain itu, ada pula Bank Industri Negara Jakarta (1955, sekarang Bank Mandiri di Jalan RP Soeroso, Cikini), Perhimpunan Ilmu Alam Indonesia Bandung (1956), dan beberapa gedung dalam kompleks Fakultas Teknik Universitas Indonesia (sekarang Institut Teknologi Bandung). 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com