JAKARTA, KOMPAS.com – PT Mass Rapid Transit Jakarta (MRT Jakarta) selaku pengelola MRT mengemban sejumlah tugas agar pemanfaatan alat transportasi massal ini berguna secara maksimal bagi masyarakat Ibu Kota.
Menurut Ketua Masyarakat Infrastruktur Indonesia Harun al-rasyid Lubis, kehadiran MRT bisa menjadi contoh usaha untuk mengembangkan konsep transit oriented development (TOD) yang selama ini gencar disosialisasikan pemerintah.
“Ini bisa juga jadi upaya untuk kawasan TOD sehingga tidak tergantung kendaraan bermotor, bisa pakai kereta, jalan kaki, dan sepeda,” kata Harun ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (4/4/2019).
Baca juga: MRT Beroperasi Belum Pengaruhi Harga Sewa Menara Taspen
Menurut dia, pengembangan kawasan TOD bisa menjangkau 400 meter sampai 800 meter di sekitar jalur MRT, bahkan bisa diperluas lagi antara 500 meter sampai 1.000 meter.
Namun, dia belum melihat kondisi itu saat ini. Dia menyadari, MRT Jakarta memiliki tugas berat untuk mengembangkan jalur MRT menjadi kawasan TOD.
Harun menyarankan agar MRT Jakarta menjalin kerja sama dengan berbagai pihak supaya lebih terkoordinasi, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Sebab, MRT di Jakarta ini merupakan contoh pengembangan sistem transportasi massal bagi kota-kota lain di Indonesia.
Hal senada dikatakan Ketua Bidang Transportasi Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) DKI Jakarta Reza Firdaus yang menganggap pengembangan konsep TOD terintegrasi MRT ini penting untuk diimplementasikan.
Bahkan bisa sekaligus untuk merealisasikan program-program Pemprov DKI Jakarta. Misalnya program Rumah DP 0 Rupiah yang ditujukan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.
Namun, dia belum melihat ada perencanaan ke arah itu. Padahal, seharusnya kehadiran MRT ini bisa jadi kesempatan untuk mengembangkan program-program yang selama ini pelaksanaannya belum optimal.
Baca juga: Menghitung Kenaikan Harga Apartemen Pasca MRT Beroperasi
Dia menilai kehadiran MRT di Jakarta sekarang ini belum bisa dikatakan memenuhi konsep TOD.
Seharusnya stasiun-stasiun MRT itu bisa menjadi bagian dari aktivitas kehidupan masyarakat di sekitarnya, bukan hanya jadi tempat pemberhentian kereta.
Dia mencontohkan Stasiun Fatmawati. Di sekitar stasiun cuma ada satu kantor pemerintah dan bekas toko jual beli mobil.
Seharusnya bangunan yang sudah tidak terpakai itu bisa dimanfaatkan untuk area parkir kendaraan bermotor bagi para pengguna MRT.
“Harus ada aktivitas di sekitarnya. Jadi ruang yang baru. Sekarang belum ada rintisan TOD di Jakarta. Misalnya yang sudah dianalisis di Fatmawati, di sana cuma ada kantor BPJS dan bekas showroom mobil, harusnya itu bisa untuk park and ride,” tambah Reza.
Bila dibandingkan dengan negara lain, seperti Singapura, di daerah sepanjang Orchard Road terdapat beberapa stasiun MRT yang memudahkan pergerakan warga yang tinggal di sekitarnya.
Dengan demikian, masyarakat menganggap bahwa transportasi publik itu menjadi bagian dari hidup mereka karena mendukung aktivitas sehari-hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.