Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Hong Kong Mendulang Untung dari Transportasi Massal

Kompas.com - 19/03/2019, 17:36 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Tarif termurah dapat membawa penumpang ke beberapa stasiun sementara tarif paling mahal dapat menjangkau seluruh bagian kota. Tarif tarif dan keuntungan mampu menutupi 170 persen biaya operasi.

Peningkatan pendapatan

Sejak pengembangan pertama yang dilakukan pada 1980, model ini telah diaplikasikan ke seluruh kota. Secara total, MTR saat ini mengoperasikan 47 pengembangan yang terletak di 93 stasiun dan depot.

Model pemanfaatan ini membuat MTR menjadi operator transportasi dengan profit paling besar di dunia.

Pada 2018 pendapatan perusahaan mencapai 5 miliar dollar Hong Kong atau sekitar Rp 9 triliun.

Dari jumlah tersebut, proyek pengembangan properti memperoleh laba sebelum pajak sekitar 2,75 miliar dollar Hong Kong atau sekitar Rp 4,98 triliun.

Selain menjadi salah satu sumber pendapatan, Kam mengatakan model ini membantu meningkatkan pengembangan kota.

Hasilnya antara lain dapat memberikan lingkungan hidup berkualitas tinggi yang terkoneksi dengan transportasi massal.

Pengembangan Civic Square di Stasiun Kowloon misalnya, memiliki setidaknya enam pemanfaatan tanah yaitu kereta api, persimpangan bus, ritel, perumahan, hotel dan kantor.

Pencakar langit dengan 118 lantai ini dilengkapi dengan pusat perbelanjaan mewah, 6.300 unit flat, dan dua hotel bintang lima.

"Jika kami merancang dan membangun dengan baik, maka kami akan mendapatkan peningkatan nilai itu," ujar Kam.

Kendala

Namun model pengembangan ini bukannya tanpa cela. MTR pernah mendapatkan kecaman karena membangun perumahan pribadi dan bukannya permukiman umum untuk mendapatkan keuntungan.

Para kritikus mengatakan kontrak untuk mengembangan properti di sekitar stasiun seharusnya terbuka dan tidak hanya diberikan kepada pihak MTR.

Selain itu, pengembangan model Rail Plus Property ini mungkin tidak dapat diterapkan secara persis di beberapa negara.

"Setiap negara memiliki aturan pertanahan yang berbeda, sehingga hal ini mungkin tidak dapat diimplementasikan seperti di Hong Kong, namun mereka berpikir pengembangan yang mirip dengan ini. Kami percaya ada kemungkinan (pengembangan model) di Australia, Swedia, dan Inggris," tutup Kam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau