KOMPAS.com - Komersialisasi properti di sekitar kawasan stasiun kini mulai menjadi tren. Sebelumnya, model pengembangan ini telah diterapkan di Hong Kong oleh perusahaan transportasi Mass Transit Railway (MTR) Corporation.
Melansir The Guardian, Selasa (19/3/2019), operator transportasi ini sudah menerapkan pola pengembangan properti di beberapa stasiunnya sejak 1980.
Model transportasi MTR ini dibangun oleh Pemerintah Hong Kong. Perusahaan ini memiliki kewenangan untuk membangun konstruksi jalur rel.
Baca juga: MRT Jakarta Beroperasi 12 Maret, Apa yang Perlu Dibenahi?
Pada saat transportasi metro di berbagai tempat sedang mengalami permasalahan seperti peningkatan harga tiket, keterlambatan armada, dan gangguan lainnya, MTR berhasil mencatatkan prestasi dengan persentasi ketepatan waktu mencapai 99,9 persen.
Selain itu, moda transportasi ini mampu membawa 5,8 juta penumpang setiap harinya.
Model pengembangan ini disebut dengan Rail Plus Property. MTR mengambil profit dari penyewaan properti ini.
"Pemerintah Hong Kong memberikan kami lahan dan izin pengembangan dengan harga tanah yang sama seperti saat jalur rel belum dibangun," ujar Managing Director MTR Corporation, Jacob Kam.
Hasil dari pemanfaatan lahan ini selanjutnya dapat digunakan untuk biaya operasi, perawatan, dan mendanai proyek-proyek baru.
Sebagai contoh, pendapatan dari pengembangan di sepanjang jalur MTR Tseung Kwan O yang dibuka pada 2002 mampu membiayai perluasan jalur baru. Kini, properti di kawasan itu telah dihuni 380.000 jiwa.
Manfaat lain dari pengembangan model ini membebaskan MTR dari keharusan untuk bersaing dengan badan negara lain dalam mendapatkan pendanaan.
Selain itu, hal ini memungkinkan perusahaan untuk mandiri dan melaksanakan proyek dengan cepat.
Bahkan saat transportasi massal di beberapa negara banyak yang merugi dan disubsidi oleh pemerintah, MTR mampu mencatatkan laba bersih sebesar 16,01 miliar ekuivalen Rp 29 triliun pada 2018
Manfaat lain, perusahaan juga memberikan harga yang terjangkau. Harga tiket yang ditetapkan mulai 4 hingga 9,5 dollar Hong Kong (Rp 7.254-Rp 108.600).
Tarif termurah dapat membawa penumpang ke beberapa stasiun sementara tarif paling mahal dapat menjangkau seluruh bagian kota. Tarif tarif dan keuntungan mampu menutupi 170 persen biaya operasi.
Sejak pengembangan pertama yang dilakukan pada 1980, model ini telah diaplikasikan ke seluruh kota. Secara total, MTR saat ini mengoperasikan 47 pengembangan yang terletak di 93 stasiun dan depot.
Model pemanfaatan ini membuat MTR menjadi operator transportasi dengan profit paling besar di dunia.
Pada 2018 pendapatan perusahaan mencapai 5 miliar dollar Hong Kong atau sekitar Rp 9 triliun.
Dari jumlah tersebut, proyek pengembangan properti memperoleh laba sebelum pajak sekitar 2,75 miliar dollar Hong Kong atau sekitar Rp 4,98 triliun.
Selain menjadi salah satu sumber pendapatan, Kam mengatakan model ini membantu meningkatkan pengembangan kota.
Hasilnya antara lain dapat memberikan lingkungan hidup berkualitas tinggi yang terkoneksi dengan transportasi massal.
Pencakar langit dengan 118 lantai ini dilengkapi dengan pusat perbelanjaan mewah, 6.300 unit flat, dan dua hotel bintang lima.
"Jika kami merancang dan membangun dengan baik, maka kami akan mendapatkan peningkatan nilai itu," ujar Kam.
Namun model pengembangan ini bukannya tanpa cela. MTR pernah mendapatkan kecaman karena membangun perumahan pribadi dan bukannya permukiman umum untuk mendapatkan keuntungan.
Para kritikus mengatakan kontrak untuk mengembangan properti di sekitar stasiun seharusnya terbuka dan tidak hanya diberikan kepada pihak MTR.
Selain itu, pengembangan model Rail Plus Property ini mungkin tidak dapat diterapkan secara persis di beberapa negara.
"Setiap negara memiliki aturan pertanahan yang berbeda, sehingga hal ini mungkin tidak dapat diimplementasikan seperti di Hong Kong, namun mereka berpikir pengembangan yang mirip dengan ini. Kami percaya ada kemungkinan (pengembangan model) di Australia, Swedia, dan Inggris," tutup Kam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.