Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Sederet Perempuan Arsitek Berpengaruh

Kompas.com - 08/03/2019, 20:30 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Melansir Arch Daily, Bo Bardi merupakan lulusan Univesity of Rome. Selepas menamatkan studinya, dia kemudian bekerja sebagai editor di majalan Quiaderni di Domus.

Setelah Perang Dunia II, Bo Bardi kemudian pindah ke Brasil tepatnya di Rio de Janeiro bersama dengan suaminya.

Setelah menghabiskan beberapa waktu di kota itu, dia kemudian pindah ke Sao Paolo dan mulai mepelajari budaya, seni, dan tradisi Brasil.

Pada tahun 1950 ia memulai majalah Habitat dan setahun setelahnya pada tahun 1951 Bo Bardi mulai merancang rumah pertama.

Rancangannya pertamanya berupa sebuah Casa de Vidro, rumah kaca di Morumbi, Sao Paulo. Rumah itu dianggap sebagai salah satu karya paradigmatik seni rasionalis di Brasil.

Kemudian, pada tahun 1957, ia mulai membangun Museum Seni Sao Paulo (MASP).

Setelah itu, berturut-turut Bo Bardi merancang berbagai bangunan yang terinspirasi dari kekayaan Brasil dan budayanya, seperti restorasi Chame-Chame House, Sesc Pompeia, Centro de Lazer Fábrica da Pompéia, dan Teatro Oficiana.

Meski begitu, karyanya tidak hanya terbatas di bidang arsitektur. Bo Bardi ternyata juga piawai dalam desain grafis, seni, dan merancang furnitur.

Marion Mahony Griffin (1871-1961)

Mantan anak buah Frank Lloyd Wright ini merupakan arsitek perempuan pertama yang meraih lisensi di Illinois.

Meski lahir di AS, namun karya Mahony di kenal luas di Australia. Obituari New York Times menyebutkan, sebelum terjun dalam dunia arsitektur, dia pernah menerima pelatihan di Massachusetts Institute of Technology.

Setelah itu, dia kembali ke Chicago dan bekerja dengan sepupunya Dwight Perkins di sebuah studio yang digunakan bersama beberapa arsitek lain, termasuk Wright.

Dari sini, Mahony kemudian bertemu dengan aristek legendaris tersebut dan menjadi karyawan pertamanya.

Bersama dengan suaminya, Walter Burley Griffin, Mahony memenangkan kompetisi untuk merancang ibu kota Australia yang baru, Canberra.

Dia membuat 14 gambar presentasi yang dalam kain satin. Gambar-gambar buatannya itulah yang membuat Griffin memenangkan kompetisi.

Mereka pindah ke Australia pada tahun 1914. Hanya sebagian kecil dari rancangan Canberra yang dieksekusi.Meski begitu, Griffin berhasil membangun beberapa gedung lain di sana.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau