Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Harun Alrasyid Lubis
Ketua Umum Masyarakat Infrastruktur Indonesia (MII)

Harun berpengalaman sebagai profesional di bidang akademik, kegiatan penelitian, dan konsultasi selama tiga puluh tahun. Tercatat pernah bekerja sebagai konsultan di PT LAPI ITB, dan perusahaan milik negara, Asian Development Bank (ADB), INDII dan Bank Dunia di bidang kebijakan, dan perencanaan transportasi, operasi, keuangan dan institusi, mencakup transportasi perkotaan dan nasional.

Selain dosen di ITB, Harun menjabat ketua umum Masyarakat Infrastruktur Indonesia (MII), dan Infrastructure Partnership and Knowledge Center (IPKC)

MRT Jakarta Beroperasi 12 Maret, Apa yang Perlu Dibenahi?

Kompas.com - 07/03/2019, 11:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Menjadi pertanyaan bagi Pemprov DKI Jakarta dengan beroperasinya MRT, apakah keberadaan BRT TransJakarta Koridor I Trase Blok M-Kota akan tetap dipertahankan? Mengingat nanti bersaing pada koridor yang sama.

Besarnya tarif, desain operasi, dan letak stasiun akan menjadi faktor yang menentukan daya tarik keduanya bagi calon penumpang.

Mari kita ambil contoh di Hong Kong. Keberadaan Island Lines, koridor yang padat lalu lintas, MRT tetap dapat beroperasi dengan beragam jenis angkutan umum termasuk tram. Semua saling melengkapi dengan kualitas dan tarif berbeda.

Nilai tarif TransJakarta Rp 3.500 yang ditetapkan sejak tahun 2004, perlu penyesuaian. Artinya tidak layak lagi, karena 70 persen sudah hilang tertelan inflasi.

Bila jalur Koridor I masih dipertahankan tarif yang pantas sekitar Rp 5.000 hingga Rp 7,500 per penumpang. Namun karena sudah ada MRT, bisa jadi frekuensi BRT dikurangi. Sementara untuk tarif MRT, perkiraan yang ideal itu antara Rp 10.000 sampai Rp 15:000 per penumpang.

Ke depan agar MRT lebih produktif dan cepat menaikkan realiasasi ridership perlu didukung dengan mempercepat piloting dan implementasi electronic road pricing (ERP), dan kebijakan lain yang menyertainya seperti demand management yang kuat, pengendalian parkir serta instrumen kendali urban pricing.

Pekerjaan besar dan cukup sulit berikutnya adalah melakukan konsolidasi semua jaringan angkutan umum termasuk LRT yang sedang dibangun bersama rencana dan penataan simpul-simpul transit oriented development (TOD).

Pemprov DKI Jakarta harus segera menetapkan kebijakan dan kerangka pengembangan simpul-simpul TOD, deliniasi kawasan dan kepadatanya,

Hal ini agar kegiatan di simpul-simpul TOD mendukung peningkatan produktivitas dan efisiensi operasi angkutan umum, khususnya MRT yang lambat laun akan menjadi tulang punggung mobilitas kaum urban menggantikan BRT Transjakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com