JAKARTA, KOMPAS.com - Masifnya pembangunan infrastruktur di Indonesia perlu didukung teknologi sehingga proses konstruksi dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
Bukan hanya soal waktu pekerjaan tetapi juga biaya konstruksi untuk merealisasikan proyek tersebut.
General Manager Strucuters Division Trimble Solution Corporation Jari Heino menuturkan, saat ini tidak sedikit negara yang masih menggunakan teknologi konstruksi konvensional atau dua dimensi dalam.
Padahal, untuk mendapatkan hasil presisi diperlukan teknologi tinggi yang menunjang rancangan tiga dimensi.
"Sementara dalam kehidupan nyata, kita mengaplikasikan, kita membuat sebuah struktur tiga dimensi," kata Jari saat berbincang eksklusif dengan Kompas.com, Senin (4/3/2019).
Baca juga: Kuala Lumpur Manfaatkan Teknologi Digital untuk Menata Kota
Salah satu teknologi yang diperkenalkan Trimble yaitu Tekla Structure. Di Indonesia, teknologi ini hadir pada 2009.
Para penggunanya dimungkinkan untuk membuat sebuah rancangan bangunan tiga dimensi secara terukur dan detail.
"Pada dasarnya, Tekla Structure mendigitalisasi struktur yang hendak dibangun pada kondisi yang nyata," terang dia.
Setidaknya, ada beberapa persoalan yang muncul ketika sebuah proyek konstruksi hendak dirancang.
Mulai dari pemilihan material yang hendak digunakan, kebutuhan material itu sendiri, hingga waktu penggunaan material yang akan dipasang.
Sejumlah persoalan tersebut dapat diatasi dengan optimal bila sejak awal perencanaannya sudah dilakukan dengan baik.
Apalagi, Jari menambahkan, dengan teknologi augmented reality yang terkoneksi dengan perangkat lunak, memungkinkan pengguna untuk dapat melihat visual bangunan yang dirancang.
"Ini akan membantu meningkatkan kualitas, memangkas waktu serta mengurangi resiko kegagalan," sebut Jari.
"Ini sangat simpel. Coba perhatikan bagaimana anak-anak ketika bermain game tiga dimensi. Mungkin bagi generasi tua akan sulit untuk membayangkan," kata Phang.