Hal ini membuatnya dipandang sebagai salah satu arsitek modern pada zamannya, di luar arsitek Belanda.
Baca juga: Permukiman Tionghoa Harus Membelakangi Bukit
Dari daftar awal karya Liem, sebagian besar merupakan rumah mewah orang Tionghoa, seperti rumah tinggal Sih Tiauw Hien, Semarang (1930), villa Oei Tjong Houw, Kopeng (1931).
Ada pula rumah tinggal Tan Tjong Ie, Semarang (1931), rumah tinggal Ir. Be Kian Tjong, Semarang (1931), dan rumah Dr. Ir. Han Tiauw Tjong, Semarang (1931).
Dia juga merancang kantor pusat serta cabang-cabang dari perusahaan konglomerat, Oei Tiong Ham Concern.
Selain rumah tinggal, Liem juga merancang gedung fasilitas umum seperti Monumen Makam Peringatan (Grafmonumenten) H.A. Kan, Jakarta, Bank Indonesia, Jalan Thamrin, Jakarta, Stadion Ikada, hingga Stadion Teladan di Medan.
Nama Liem Bwan Tjie juga tidak dapat dilepaskan dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), organisasi yang menaungi profesi arsitek di negeri ini.
Mengutip situs IAI, kediaman Liem di Jalan Wastukancana, menjadi tempat pertemuan awal arsitek-arsitek senior Indonesia, Liem Bwan Tjie, Frederich Silaban, Mohammad Soesilo dengan 18 arsitek muda lulusan pertama ITB tahun 1958.
Pertemuan inilah yang merupakan tonggak sejarah lahirnya Ikatan Arsitek Indonesia pada 17 September 1959.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.