Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Parkir Mahal Bisa Kurangi Kemacetan

Kompas.com - 08/01/2019, 22:30 WIB
Erwin Hutapea,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Kenaikan biaya parkir dan pembatasan lahan yang digunakan untuk memarkir kendaraan, baik mobil maupun sepeda motor, bisa menjadi cara mengerem penggunaan kendaraan pribadi di perkotaan.

Sebab, berbagai cara yang dilakukan pemerintah selama ini dianggap kurang berhasil untuk membuat masyarakat beralih menggunakan moda transportasi umum.

“Kenapa orang masih pakai mobil karena dia tahu bahwa di ujung perjalanannya masih bisa parkir mobil, ada lahan dan biaya parkir murah atau setidaknya terjangkau. Ini yang harus mulai diubah,” kata Country Director Institute for Transportation and Development (ITDP) Indonesia Yoga Adiwinarto saat dihubungi Kompas.com, Selasa (8/1/2019).

Baca juga: Penerapan Sistem Transportasi Umum Butuh Kemauan Politik Pemerintah

Dia mengungkapkan alasan untuk menaikkan biaya parkir karena selama ini masih terbilang murah. Contohnya di Jakarta, ongkos parkir mobil hanya Rp 4.000 per jam.

Jika rata-rata orang memarkirkan mobilnya selama 10 jam sehari maka menjadi Rp 40.000 per hari. Kemudian, bila dikalikan 20 hari kerja dalam sebulan maka jumlahnya Rp 800.000 per bulan.

Menurut Yoga, angka itu masih lebih murah jika dibandingkan dengan tarif rata-rata kamar indekos untuk setiap bulan di Ibu Kota.

Sebenarnya pemilik lahan parkir di pusat Kota Jakarta masih rugi. Sebab, apabila tanah kosong yang dimiliki bisa digunakan untuk bangunan komersial maka akan lebih menghasilkan.

Yoga melanjutkan, cara kedua yakni mengubah penggunaan tanah kosong yang tadinya untuk tempat parkir menjadi area publik. Hal itu sangat mungkin dilakukan di pusat kota.

Baca juga: Benahi Transportasi Publik Terintegrasi, Pemerintah Harus Beri Subsidi

Area publik misalnya berupa taman atau ruang terbuka hijau, dan bisa diterapkan di kawasan segitiga emas Jakarta.

Cara ini membutuhkan kebijakan yang sungguh-sungguh dari pemerintah setempat. Dengan mengurangi lahan parkir, masyarakat akan berpikir ulang untuk menggunakan kendaraan pribadinya.

“Pikirkan konversinya. Lahan-lahan parkir, terutama di segitiga emas Jakarta banyak sekali. Jadi kurangi saja, misalnya Pemprov bilang kurangi 50 persen, lalu dibikin taman atau ruang terbuka. Itu harus mulai digulirkan,” imbuhnya.

Dia pun menegaskan, solusi mengenai perparkiran ini bisa dilihat sebagai salah satu cara mengatasi kemacetan lalu lintas, terutama di Ibu Kota.

Menurut Yoga, pemerintah hanya berkonsentrasi pada manajemen lalu lintas, seperti penerapan sistem ganjil genap dan sistem 3 in 1 sebelumnya.

Namun, cara itu ternyata belum cukup efektif untuk mengurangi pemakaian kendaraan pribadi karena masyarakat masih bisa mengakalinya dengan menghindari jam-jam pemberlakuan aturan dan melewati jalan lain yang bebas aturan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Puji Progres Bendungan Meninting, Basuki: Mudah-mudahan Agustus Selesai

Puji Progres Bendungan Meninting, Basuki: Mudah-mudahan Agustus Selesai

Berita
Pendapatan Turun, SBI Berharap pada Proyek Strategis Nasional IKN

Pendapatan Turun, SBI Berharap pada Proyek Strategis Nasional IKN

Berita
Pendapatan Waskita Beton Naik 38 Persen Jadi Rp 505,68 Miliar

Pendapatan Waskita Beton Naik 38 Persen Jadi Rp 505,68 Miliar

Berita
Jumlah Backlog Kepemilikan Rumah Berkurang Jadi 9,9 Juta

Jumlah Backlog Kepemilikan Rumah Berkurang Jadi 9,9 Juta

Berita
Kuartal I-2024, Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen

Kuartal I-2024, Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen

Berita
[POPULER PROPERTI] Pasok Material Tol Padang-Sicincin, HK Kolaborasi dengan Korem 032/Wirabraja

[POPULER PROPERTI] Pasok Material Tol Padang-Sicincin, HK Kolaborasi dengan Korem 032/Wirabraja

Berita
9 Jembatan Tua di Jatim Tuntas Diganti, Telan Biaya Rp 591,9 Miliar

9 Jembatan Tua di Jatim Tuntas Diganti, Telan Biaya Rp 591,9 Miliar

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pekalongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pekalongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Purbalingga: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Purbalingga: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Brebes: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Brebes: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kebumen: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kebumen: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Kini, Masyarakat Banyuwangi Tak Lagi Waswas soal Kepastian Tanah

Kini, Masyarakat Banyuwangi Tak Lagi Waswas soal Kepastian Tanah

Berita
Berapa Lama Mesin Cuci di Rumah Anda Bisa Bertahan?

Berapa Lama Mesin Cuci di Rumah Anda Bisa Bertahan?

Tips
5 Tanda Mesin Cuci di Rumah Anda Perlu Diganti

5 Tanda Mesin Cuci di Rumah Anda Perlu Diganti

Tips
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Rembang: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Rembang: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com