JAKARTA, KOMPAS.com - Langit kelam menaungi Jakarta, Selasa (4/12/2018) pagi. Sinar mentari pun urung menyinari ibu kota. Tidak seperti hari lain pada jam-jam sibuk orang bekerja.
Tampaknya alam pun ikut menunjukkan dukacitanya atas peristiwa yang baru terjadi di ujung timur Indonesia.
Masyarakat terhenyak dengan pemberitaan tentang pembantaian terhadap puluhan pekerja proyek jembatan di Kali Aorak dan Kali Yigi, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua.
Sejumlah 31 pekerja proyek jembatan tersebut tewas dibantai oleh pelaku yang diduga Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pada Minggu (2/12/2018).
Baca juga: Basuki Bertolak ke Papua Malam Ini
Meski demikian, angka itu belum bisa dipastikan kebenarannya karena masih menunggu hasil penyelidikan aparat berwenang terkait jumlah dan identitas korban.
Untuk diketahui, pembangunan jembatan tersebut merupakan salah satu proyek infrastruktur yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari Jalur Trans-Papua.
Tanggung jawab pelaksanaannya diserahkan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang kemudian menugaskan PT Istaka Karya (Persero) sebagai kontraktor proyek.
Awalnya para pekerja media mendapat informasi, narasumber acara itu adalah Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Sugiyartanto yang dijadwalkan hadir pada pukul 09.00 WIB.
Perkembangan kabar berubah cepat, para pewarta pun mendapat informasi bahwa jumpa pers itu akan dihadiri langsung oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan jajarannya.
Namun, jadwalnya dimundurkan menjadi pukul 11.00 WIB.
Tunggu punya tunggu, akhirnya Menteri Basuki memasuki ruangan yang sudah dipenuhi oleh puluhan awak media, baik cetak, daring, radio, maupun televisi, beserta peralatan mereka masing-masing.
Ternyata bukan hanya Basuki Hadimuljono yang hadir, melainkan sekjen, irjen, dan semua dirjen di Kementerian PUPR tampak ikut dalam konferensi pers tersebut.
Baca juga: Terkait Pembantaian di Nduga, 14 Proyek Jembatan Dihentikan Sementara
Kemunculan mereka secara bersamaan seperti ini jarang terjadi. Kalaupun pernah, dapat diartikan merupakan agenda penting di institusi pemerintahan itu.