Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditanya Soal Tren, Pengembang Mengaku Bingung

Kompas.com - 02/11/2018, 22:54 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbeda dengan beberapa waktu silam, tren perkembangan properti saat ini dinilai justru membingungkan bagi sebagian pelaku industri properti.

President Director Astra Land Indonesia Wibowo Muljono mengatakan, bila beberapa waktu lalu ketika bicara properti, pasti bicara luas lahan dan bangunan. Namun kini hal tersebut tidak terjadi.

"Tren sekarang itu produk. Jadi orang sudah tidak lagi ngomong (berapa) meter persegi, tapi mereka ngomong produk," kata Wibowo saat diskusi bertajuk The Next 30 Years of Urban and Real Estate  Development in Indonesia di Universitas Tarumanegara, Jumat (2/11/2018).

Perubahan itu, diakuinya, sempat membuat khawatir. Saat ini bukan lagi pengembang yang mengendalikan kebutuhan pasar. Namun sebaliknya, pasar-lah yang menentukan pengembang harus membuat produk apa.

Baca juga: Pada 2021, Luas Mal di Jakarta Setara 2,5 Kali Monaco

Beberapa waktu lalu, lanjut Wibowo, pernah menyambangi salah satu proyek apartemen yang dibesut Agung Sedayu Group, yang berada di kawasan Pantai Indah Kapuk 2. Saat itu, ia heran, lantaran melihat apartemen yang ringkas dan cenderung efisien.

"(Dalam pikiran saya) ini orang nanti makannya di mana, kerjanya di mana. Waktu saya dikasih tahu, makannya gimana, kerjanya di mana, (karena) generasi sekarang sudah tidak berpikir bahwa harus kerja di apartemennya," ungkap Wibowo.

Saat itu, ia melihat, di bagian bawah proyek apartemen tersebut terdapat co-working space. Di tempat itulah para anak muda atau generasi milenial menghabiskan waktu untuk bekerja dan menikmati makanan bersama teman-temannya.

"Jadi, dulunya kita yang nge-drive, sekarang kita yang di drive," kata Wibowo.

Kebingungan senada juga disampaikan Direktur PT Central Cipta Murdaya, Karuna Murdaya. Menurut dia, tren perubahan properti saat ini berjalan sangat cepat.

"Saya juga bingung. Sama-sama bingung," cetus Karuna.

Ia mencontohkan, zaman dahulu mal adalah pusat perbelanjaan yang sekaligus menjadi pusat pertemuan orang.

Karena itu, banyak pengembang yang akhirnya membangun mal berskala besar, lengkap dengan area parkir yang luas.

Kini, mal relatif sepi. Bahkan, di beberapa lokasi, ada peritel besar yang justru menutup bisnis mereka, untuk kemudian mengganti pola usaha dengan cara daring.

"Kira-kira 50 persen dari shopping mall, sekarang kosong. Ini bagaimana? Gantinya apa?" kata dia.

Demikian pula lahan parkir. Meski dari sisi pengunjung masih cukup banyak, namun tak jarang area parkir justru terlihat sepi.

Hal itu disebabkan karena masyarakat cenderung ingin menggunakan transportasi umum, seperti taksi atau ojek daring dari pada kendaraan pribadi.

"Lama-lama (akan muncul pertanyaan) kita butuh parkir enggak?" tutup Karuna.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pasarkan Hunian di IKN, Otorita dan Pengembang Akan Gelar 'Roadshow'

Pasarkan Hunian di IKN, Otorita dan Pengembang Akan Gelar "Roadshow"

Hunian
Investasi Rp 15,1 Triliun Masuk ke KEK Sepanjang Triwulan Pertama

Investasi Rp 15,1 Triliun Masuk ke KEK Sepanjang Triwulan Pertama

Berita
Kuartal Pertama, Pengembang PIK2 Raup Pra-penjualan Rp 1,5 Triliun

Kuartal Pertama, Pengembang PIK2 Raup Pra-penjualan Rp 1,5 Triliun

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tegal: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tegal: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Jangan Buang Sisa Minyak ke Dalam Saluran Pembuangan Wastafel! Ini Alasannya

Jangan Buang Sisa Minyak ke Dalam Saluran Pembuangan Wastafel! Ini Alasannya

Tips
Ini Peran Kementerian ATR/BPN Mudahkan Izin Usaha dan Investasi

Ini Peran Kementerian ATR/BPN Mudahkan Izin Usaha dan Investasi

Berita
128 Rumah Ramah Lingkungan di Cikupa Siap Dijual, Harganya Mulai Rp 1,8 Miliar

128 Rumah Ramah Lingkungan di Cikupa Siap Dijual, Harganya Mulai Rp 1,8 Miliar

Berita
Bolehkah Menuangkan Air Mendidih ke Saluran Pembuangan Wastafel?

Bolehkah Menuangkan Air Mendidih ke Saluran Pembuangan Wastafel?

Tips
Punya 350 Hektar Lahan di Bali, ITDC Minta Perubahan Status Hak

Punya 350 Hektar Lahan di Bali, ITDC Minta Perubahan Status Hak

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Wonogiri: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Wonogiri: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Tahun 2024, Metland Bidik 'Marketing Sales' Rp 1,9 Triliun

Tahun 2024, Metland Bidik "Marketing Sales" Rp 1,9 Triliun

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Purworejo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Purworejo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Kepada Pengusaha China, AHY Komitmen Mudahkan Izin Usaha dan Investasi

Kepada Pengusaha China, AHY Komitmen Mudahkan Izin Usaha dan Investasi

Berita
Indonesia Incar Pengurangan Emisi 385 Juta Ton, Baru Terpangkas Segini

Indonesia Incar Pengurangan Emisi 385 Juta Ton, Baru Terpangkas Segini

Berita
Ke Jepang, Menhub Akan Bahas MRT Jakarta hingga Pelabuhan Patimban

Ke Jepang, Menhub Akan Bahas MRT Jakarta hingga Pelabuhan Patimban

Berita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com