Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhir 2019, Malaysia Bakal Punya 700 Mal

Kompas.com - 01/11/2018, 08:00 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hingga akhir tahun 2019, Malaysia akan memiliki lebih dari 700 mal. Hal ini diungkapkan oleh presiden Asosiasi Ritel Malaysia (MRCA), Datuk Seri Garry Chua.

Keberadaan mal tersebut akan menambah jumlah area yang dapat disewakan menjadi 170 juta meter persegi. Jumlah ini lebih tinggi dibanding dengan permintaan pasar.

Dalam sebuah laporan. Chua mengatakan, hingga hari ini Malaysia memiliki 560 mal yang beroperasi di seluruh penjuru negeri.

Baca juga: Sunway Malls Malaysia, Perusahaan Terbaik di Asia

Tingkat okupansi di Klang Valley bahkan mencapai 85 dan 87 persen. Kondisi ini dianggap lebih baik dibanding dengan negara tetangganya, Singapura.

"Salah satu cara untuk mengisi mal, baik yang baru maupun yang sudah ada adalah dengan pariwisata. Pemerintah harus melakukan lebih banyak lagi untuk mendatangkan turis mancanegara," ujar Chua.

Chua menambahkan, wisatawan asal China merupakan pembelanja terbesar. Setiap tahunnya turis asal Negeri Tirai Bambu tersebut menghabiskan biaya hingga 260 miliar dollar AS.

Dia menambahkan, pariwisata akan menjadi sektor penyumbang PDB terbesar secara global pada 2030.

Hal ini akan memberikan dampak pada pertumbuhan industri ritel di Malaysia dari 10 persen menjadi 15 persen dalam lima tahun ke depan.

MRCA juga memperkirakan pertumbuhan akan mencapai 6,1 persen selama kuartal III tahun ini, dibandingkan periode yang sama tahun 2017.

"Ada potensi besar di industri ritel lokal, meski ada kekhawatiran karena melimpahnya ruang ritel," ucap Chua.

Menurut dia, industri ritel ke depannya harus mencakup banyak toko-toko digital. Selain itu, mal juga harus dibuat lebih interaktif dengan penerapan teknologi kecerdasan buatan dalam bentuk robot.

Robot ini akan berkeliling ruangan dan melayani pengunjung serta berinteraksi dengan orang-orang di sekitar. Selain itu, mal juga harus menambahkan ruang lebih bagi industri makanan.

"Harus ada dinamika baru dalam berbelanja. Pemilik mal harus mengikuti tren terbaru. Penetapan harga dan desain harus benar, khususnya bagi brand fesyen," tuntas Chua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau