JAKARTA, KOMPAS.com - Pendapatan usaha PT Intiland Development Tbk pada periode sembilan bulan tahun 2018, meningkat 40 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Sebelumnya, perseroan membukukan pendapatan usaha senilai Rp 1,7 triliun. Tahun ini, pendapatan meningkat menjadi Rp 2,4 triliun.
Menurut Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland, Archied Noto Pradono, peningkatan pendapatan usaha ditopang adanya pengakuan dari penjualan tanah yang masuk kategori bukan bisnis inti.
"Pengembangan kawasan perumahan mampu memberikan kontribusi Rp 1,2 triliun atau sekitar 50 persen dari keseluruhan pendapatan usaha. Kalau dibandingkan tahun lalu, pendapatan usaha di segmen ini naik 255 persen," ujar Archied dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Rabu (31/10/2018).
Baca juga: Ramadhan dan Lebaran Berakhir, Penjualan Intiland Menurun
Segmen properti investasi mencatatkan konstribusi sebesar Rp 430,6 miliar atau 18 persen dari nilai keseluruhan. Nilai ini meningkat sebesar 24,5 persen dari pencapaian periode sembilan bulan tahun 2017.
Peningkatan dari segmen ini ditopang oleh naiknya pendapatan sewa perkantoran dan penyewaan ruang ritel, pergudangan, pengelolaan klub olah raga, serta lapangan golf.
Sementara pendapatan pengembangan memberikan kontribusi Rp 2 triliun atau mencapai 82 persen dari keseluruhan. Sisanya berasal dari segmen recurring income sebesar Rp 430,6 miliar atau sebesar 18 persen.
"Secara keseluruhan kinerja pendapatan usaha tahun ini lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Banyak proyek yang masuk tahap penyelesaian, sehingga hasil penjualanbisa sepenuhnya dibukukan sebagai pendapatan," ucap Archied.
Dari sisi kinerja penjualan, perusahaan berhasil membukukan nilai marketing sales sebesar Rp 1,6 triliun atau sebesar 46 persen dari target tahun ini. Perolehan tersebut lebih rendah 40 persen dibanding perolehan per 30 September 2017.
Adapun segmen mixed-use dan high rise memberikan konstribusi total sebesar Rp 1,1 triliun atau 71 persen dari keseluruhan.
Sedangkan segmen pengembangan kawasan perumahan memberikan kontribusi terbesar kedua sebesar Rp 405 miliar atau 26 persen.
Lebih lanjut, segmen pengembangan kawasan industri membukukan nilai Rp 45 miliar atau toga persen dari total keseluruhan.
Meski pendapatan usaha meningkat, namun kinerja profitibilitas perseroan dalam sembilan bulan 2018 mengalami tren penurunan.
Perusahaan membukukan laba usaha sebesar Rp 202,1 miliar atau turun 20,6 persen dibanding periode sama tahun lalu. Sedangkan laba bersih tercatat mencapai Rp 123 miliar atau menurun sebesar 47 persen.
"Laba bersih turun terutama karena meningkatnya beban bunga pinjaman untuk modal kerja penyelesaian konstruksi proyek-proyek. Faktor lainnya karena danya penurunan margin laba kotor yang disebabkan adanya penjualan non-core asset dan meningkatnya beban penjualan," imbuh Archied.
Untuk saat ini, Archied mengatakan perusahaan akan terus mencermati tren perkembangan dan perubahan pasar. Manajemen bahkan berharap kepercayaan pasar kepada sektor properti dapat segera pulih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.