Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang Asrini Widjanarko
Kurator seni

Kurator seni, esais isu-isu sosial budaya, aktivis, dan seorang guru. Kontak: asriniwidjanarko@gmail.com

Bintaro Design District, Inisiatif Desainer dan Arsitek Berbagi Bersama Warga

Kompas.com - 20/10/2018, 22:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


Karya di Studio, Instalasi, Shelter Reflektif, dan Seni

Event BBD semarak dengan instalasi indoor dan juga outdoor, selain pameran maket arsitektural, instalasi besar menyerupai kubus raksasa yang “membungkus” studio sekaligus eksibisi kolaboratif interdisiplin seperti di BPA studio.

Desain-desain produk dan interior di firma masing-masing di Bintaro juga ditampilkan sedemikian rupa dengan unik, bahkan di sebuah ruang khusus dengan tekhnologi 3D virtual design seperti dipresentasikan cukup apik oleh Dellution.

Atau, desain produk yang membuat penasaran, mengonstruksi sebuah ruangan khusus yang dipenuhi instalasi tali-temali namun mengajak pengunjung akhirnya menemukan produk kursi-kursi elok oleh Garis Prada.

Selain itu, sebuah kedai kopi mungil dan modern, milik Andra Matin, Kopi Manyar, menjadi pembuka acara BBD dengan pameran-pameran maket arsitektural, video pendek wawancara 10 figur kreatif yang berdomisili di Bintaro sampai produk desain-desain yang elegan.

Hal yang menarik adalah melihat gagasan-gagasan anyar ditebarkan, di lahan luar ruang yang tidak produktif, lokasi cukup dekat dari pemukiman warga untuk hangout, sekadar mengopi sambil mendengar musik, tapi cukup efektif pula ada lahan untuk menanam tanaman-tanaman hidroponik yang dikonsumsi warga di tengah perkotaan.

Urban farming tersebut diinisiasi oleh kolaborasi Kebun Ide, dari bergabungnya produser film Handoko Hendroyono, Kris Kwan, serta seniman kolektif street art, Gardu House, serta pihak-pihak lainnya.

Sementara, instalasinya yang membentuk huruf U dengan gerbang unik, bertabur warna-warna mencolok, khas seni jalanan dan kita segera mengenali di dindingnya tergambar figur tokoh-tokoh Jazz dunia.

Handoko mengaku, instalasi ini dibuat di awal tahun ini dalam sebuah pergelaran musik Jazz internasional dan dimanfaatkan ulang sebagai semacam hub untuk orang-orang kreatif bertemu dan berbagi ide.

Selokasi dengan Kebun Ide ada karya instalasi lain, instalasi botol-botol plastik. Digagas oleh Arcadia Architects dan Studio Hand yang peduli pada sampah plastik tak hanya di kota saja, namun prihatin ancaman serius limbah plastik di seluruh Indonesia.

Art and Sound Experience, Sebuah Hub Kreatif dan Kebun Ide by Handoko Hendroyono, Kris Kwan dan Gardu HouseBambang Asrini Art and Sound Experience, Sebuah Hub Kreatif dan Kebun Ide by Handoko Hendroyono, Kris Kwan dan Gardu House
Di instalasi yang berjubel botol-botol plastik itu terpampang poster yang menjelaskan empat sungai di Indonesia, yakni Brantas, Bengawan Solo, Serayu, dan Progo termasuk 20 sungai terkotor sedunia.

Negeri kita menyumbang 3,22 juta metrik ton sampah plastik per tahun di perairan dunia, hanya kalah oleh China, dengan reputasi jeleknya dengan 8,82 juta metrik ton per tahun sampah plastik.

Arcadia dan Studio Hand rupanya memampangkan data itu, yang menggedor kesadaran, bahwa mereka hendak menyuarakan perlunya mereduksi, atau malahan mendaur ulang limbah plastik, seperti dicontohkan di ruang dalam instalasi tersebut dengan bentuk kursi-kursi plastik hasil daur ulang.

Tak cukup elok memang, secara bentuk, namun segera manfaatnya jauh lebih besar mengingat data lainnya yang meneror kondisi ekologi bumi itu.

Kita beranjak di instalasi menyerupai shelter yang memikat sekarang. Karya reflektif milik kolaborasi tiga studio kreatif: SOSJ, Bitte dan Antikode.

Ketiganya, yang diinisiasi anak-anak muda berusia 20-an akhir sampai 30-an awal, menggagas “ruang merenung” di tengah-tengah kawasan Bintaro yang padat dan bising. Mereka meriset di beberapa titik situs yang dikatakan paling kritis dari prototipe awal yang sedang dibangun itu di kompleks studio mereka di Sektor 7 Bintaro.

Salah satu elemen penting dari seluruh kota metropolis di dunia adalah tingkat tekanan kompetitif di ruang kerja, kemacetan lalu-lintas, harga-harga produk konsumsi yang melambung tinggi, kesenjangan sosial, dan kepadatan populasi yang rentan terhadap kesehatan mental.

Depresi mengakibatkan rendahnya angka produktivitas, dan ketiga studio kreatif itu menemukan solusi jenial: membuat jeda sejenak warga dari rutinitas keseharian.

Warga bisa rehat di shelter tersebut, dekat dengan pepohonan yang di-install di dalamnya, sekaligus mendengarkan suara-suara natural dari headphone yang tersedia melantunkan suara gemericik air, ombak bergulung, angin yang seolah menembus pori-pori kulit dan atmosfer malam hari di pedesaan yang kuping terasa tergetar suara bambu bergesekan yang ditingkahi cengkerik di kejauhan.

Sudah pasti, terik matahari, beban kerja, padatnya lalu lintas segera terkurang drastis usai kita keluar dari shelter tersebut.

Di ruang publik lain, di Jalan Boulevard Raya Bintaro, kita menemu instalasi kolaborasi Numo Studio dan J+A Design berupa jaring-jaring dan karya seni. Mereka beritikad mengaktifkan taman kota sebagai area yang fleksibel bagi warga bisa mencurahkan kebebasan kreatifnya.

Numo Studio diinisiasi oleh Nus Salomo, seorang perupa yang beberapa tahun terakhir berkarya dengan mesin-mesin cetak tiga dimensi.

Menurut Nus, kondisi ini merupakan tantangan terberat seniman meneghadapi hadirnya teknologi cetak hari ini. Menghilangkan peluang kerja manual para artisan pembuat citra tiga dimesional dengan mengefisienkanenergi, waktu dan biaya.

When I Consider Everything That Grows, Biomorphic Sculptures, Dedato Office and Artspace by Putri TaufikBambang Asrini When I Consider Everything That Grows, Biomorphic Sculptures, Dedato Office and Artspace by Putri Taufik

Karya seniman lainnya, kita berkunjung ke Dedato Office and Artspace. Bertemu dengan Putri Taufik, seorang perupa dan pelukis, anak perempuan pemilik firma desain dan arsitek senior, Taufik Ibrahim.

Putri menafsirkan konsep utama event BBD dengan tajuk pameran solonya di studio merangkap galeri seni itu dengan menginternalisasi pengalaman personalnya tentang ‘tatkala saya menimbang segalanya yang tumbuh’.

Putri membuat sejumlah lukisan, patung-patung instalatif seolah organisme hidup, menyerupai belalai raksasa, objek-objek yang terkesan lunak, yang biasa disebut sebagai biomorphic forms.

Karya-karya Putri mengingatkan kita, ke unsur azali dalam semesta ini, yakni: eros. Dalam perspektif yang positif, eros adalah energi kesuburan, empati yang kuat memberi dan melindungi; berkembang biak tak henti.

Semoga saja, inspirasi dari karya Putri itu sejalan dengan event Bintaro Design District (BBD) agar terus berbagi yang tak usai dihelat hanya tahun ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau