PALU, KOMPAS.com - Bagi pasangan suami istri, Muhammad Basri dan Dasriani, yang berprofesi sebagai penjual ikan, memiliki rumah adalah sebuah impian yang besar.
Sudah sejak empat bulan terakhir mereka menjadi penghuni salah satu rumah subsidi yang berada di Perumahan Kelapa Gading, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Rumah yang mereka beli pada 2017 ini termasuk salah satu yang terguncang ketika gempa melanda wilayah Palu dan Donggala pada Jumat (28/9/2018).
Beruntung, rumah tersebut dapat bertahan. Meski rumah subsidi, tetapi pengembang perumahan ini, PT Abdi Jasa Developer, menerapkan standar bangunan yang ditetapkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Salah satu alasan yang mendasari mereka membeli rumah tersebut yaitu harganya yang murah dan cicilannya yang relatif terjangkau.
"Hanya Rp 1,2 juta per bulan (cicilannya). Sama dengan bayar kontrakan Rp 1 juta per bulan. Daripada menyewa, lebih baik membeli," kata Dasriani kepada Kompas.com, Selasa (2/10/2018).
Dilihat dari profesinya, pekerjaan mereka tergolong ke dalam pekerjaan sektor informal dan masuk sebagai salah satu kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Kementerian PUPR sendiri memiliki skema subsidi pembiayaan perumahan bagi mereka yang tergolong kelompok MBR, di antaranya melalui subsidi selisih bunga (SSB) dan subsidi bantuan uang muka (SBUM).
Dasriani dan Basri hanya diwajibkan membayar Rp 3 juta untuk memiliki hunian senilai Rp 136 juta ini. Ringannya uang muka ini karena ada bantuan SBUM sebesar Rp 4 juta yang diberikan kepada MBR.
Dengan kewajiban membayar uang muka sebesar 5 persen dari harga jual, maka besaran uang muka yang harus dibayar keduanya hanya Rp 3 juta setelah mendapat tambahan bantuan SBUM.
"Saya beli ini karena fasilitasnya sudah bagus, terutama fasilitas umum dan infrastrukturnya. Untuk fasilitas umumnya sendiri sudah berdiri masjid dan sekolah," kata dia.
Baca juga: Meski Diguncang Gempa, Perumahan Kelapa Gading Tak Alami Kerusakan
PT Abdi Jasa Developer sudah mulai mengembangkan perumahan ini sejak 2012. Dengan luas lahan mencapai 82 hektar, jumlah rumah yang hendak dibangun mencapai 6.500 unit.
Hingga akhir 2018, ditargetkan 1.904 unit rumah terbangun. Rinciannya, 1.404 unit merupakan rumah subsidi dan 500 unit sisanya merupakan rumah komersial dengan tipe bervariasi mulai dari 40, 45, dan 50.
Namun, saat ini realisasinya baru 826 unit rumah subsidi dan 241 unit rumah komersial yang terbangun.
Menurut Basri, sebenarnya banyak rekan-rekan mereka yang juga bekerja di sektor informal yang tertarik membeli rumah subsidi ini. Kendati demikian, tidak sedikit dari mereka yang hingga kini terkendala masalah administrasi perbankan.