KOMPAS.com - Bencana alam menyisakan berbagai puing sisa bangunan. Bahkan dalam satu rumah tembok terdapat unsur beton sebesar 22 persen. Tak hanya beton, rumah tembok juga memiliki unsur kayu atau bambu sekitar 18 persen.
Sementara komponen tembok, lantai, dan genteng diperkirakan sebesar 60 persen. Banyaknya reruntuhan sisa bangunan ini tentu merupakan potensi besar, apalagi jika bisa dimanfaatkan.
Reruntuhan sisa bangunan masih bisa dimanfaatkan kembali. Peneliti Pusat Litbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), M Edi Nur menjelaskan, puing reruntuhan bangunan masih bisa dimanfaatkan.
"Ada yang menjadi sampah, ada juga yang bisa dimanfaatkan, tergantung bendanya," tutur Edi kepada Kompas.com, Senin (1/10/2018).
Sisa bahan bangunan tersebut bisa dipisahkan sesuai jenisnya. Edi menjelaskan, sisa reruntuhan dibagi menjadi dua jenis, yakni sampah organik dan non-organik.
Baca juga: Cara Hadapi Gempa dan Tsunami, Indonesia Perlu Belajar dari Chile
Untuk pemanfaatan secara langsung, bisa dilakukan jika bahan tersebut masih memiliki sifat yang baik serta belum mengalami benturan parah.
Sifat ini termasuk ukuran, bentuk, dan karakteristik mekaniknya. Bahan yang termasuk kategori ini biasanya berupa kayu dan logam.
Sementara pemanfaatan daur ulang bisa diterapkan untuk beberapa komponen, seperti beton, pasangan bata, dan kayu bangunan.
Sedangkan sisa kayu masih bisa dimanfaatkan. Namun, jika kayu tersebut memiliki kerusakan berat, bahan kayu bisa dibuat dengan membentuk komponen baru berupa papan buatan.
Papan buatan dari limbah kayu meliputi papan wool kayu, papan partikel, papan chip board, dan produk lainnya.
Masyarakat bisa memanfaatkan bahan daur ulang sisa bencana. Namun, hal ini harus dilakukan dengan pendampingan khusus.
Menurut Lasino, yang juga merupakan peneliti dari Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Balitbang, Kementerian PUPR, masyarakat yang ingin mengolah kembali bahan sisa bangunan harus didampingi oleh ahli.
"Ahli bangunan yang mengerti tentang jenis bahan, konstruksi bangunan, teknologi produksi, dan lain-lain," tutur Lasino, Selasa (2/10/2018).