JAKARTA, KOMPAS.com - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dipastikan berpengaruh terhadap industri interior. Pasalnya, mayoritas produk interior masih menggunakan bahan baku impor sebagai materialnya.
Ketua Himpunan Desainer Interior Indoneia (HDII) Lea Aziz mengungkapkan, 70 persen bahan material produk interior yang dibuat di Indonesia masih berasal dari luar negeri.
Baca juga: Homedec 2018 Bidik Transaksi Rp 40 Miliar
"Kita bisa lihat kaca, kursi, atau material sintetik lainnya, itu semua bahannya masih impor. Cat, pelitur semua impor. Plastik kita masih impor, rotan sintetis, HPL (high pressure laminate) itu juga masih impor," kata Lea di Jakarta, Kamis (6/9/2018).
Menurut dia, pabrik bahan baku yang ada di Indonesia belum cukup mampu untuk mendukung produsen produk interior, sehingga mereka masih perlu untuk mengimpor bahan baku dari luar negeri.
"Pabrik kita masih sedikit, enggak ada 5 persen, paling 2,5 persen kali. Yang lain semuanya masih impor," cetus Lea.
Sementara itu, ia menambahkan, material pengganti juga belum ada di dalam negeri. Sejauh ini, Indonesia baru memiliki bahan dasar seperti kayu dan bambu yang berasal dari hutan produksi, namun belum siap pakai.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.