JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berharap mahasiswa fakultas teknik dari seluruh universitas di Indonesia dapat berpartisipasi menjadi relawan dalam pemulihan kondisi pascabencana gempa di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Kementerian PUPR berencana membangun Rumah Instan Sederhana Sehata (Risha) bagi masyarakat yang rumahnya rusak dalam klasifikasi berat.
Nantinya para mahasiswa tersebut akan menjadi fasilitator dalam mendampingi masyarakat membangun Risha secara gotong royong.
Baca juga: Pemerintah Klaim Risha Tahan Gempa Hingga Magnitudo 8
"At least kita butuh 2.000 orang untuk mendampingi," kata Direktur Jenderal Cipta Karya Danis H Sumadilaga di Jakarta, Senin (27/8/2018).
Hingga kini, jumlah rumah rusak yang terdampak gempa bumi masih terus didata. Berdasarkan data sementara, tak kurang dari 74.000 rumah rusak.
Danis mengatakan, klasifikasi tingkat kerusakan rumah juga terus dilakukan untuk menentukan apakah rumah tersebut rusak berat, rusak sedang atau rusak ringan.
Hal ini juga akan menjadi salah satu tolok ukur dalam penyaluran anggaran pemerintah kepada masyarakat.
"Kalau secara visual rubuh, pasti rusak berat. Ada juga yang hanya jendelanya, ini rusak sedang. Jadi bersama-sama kita lihat, ada rumah yang secara visual masih bagus, ada juga secara kriteria teknik," kata ucap Danis.
Soal besaran santunan, imbuh Danis, bervariasi tergantung dari tingkat kerusakan. Untuk rumah yang mengalami rusak berat santunan yang akan diterima Rp 50 juta per kepala keluarga (KK).
Sementara yang mengalami rusak sedang Rp 25 juta per KK dan Rp 10 juta per KK untuk yang rusak ringan.
Adapun proses perbaikan rumah tersebut ditargetkan dapat dimulai pada awal September 2018.
"Pak Wapres berpesan selesainya dalam enam bulan," tuntas Danis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.