Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Perhimpunan Pelajar Indonesia
PPI

Perhimpunan Pelajar Indonesia (www.ppidunia.org)

Teknologi Kerakyatan dan Upaya Bersahabat dengan Gempa

Kompas.com - 24/08/2018, 10:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jika dilihat di lapangan, ternyata sebagian besar korban tewas bukan dari gedung-gedung tinggi atau bangunan komersil, melainkan akibat runtuhnya bangunan rumah tinggal kelas menengah ke bawah yang seketika rata dengan tanah saat gempa baru terjadi.

Hal buruk tersebut mengakibatkan tidak ada waktu bagi warga di dalam rumah untuk menyelamatkan diri.

Memang untuk pembangunan rumah tinggal, terlebih kelas menengah ke bawah, pemerintah tidak mempunyai kontrol yang kuat untuk memastikan bahwa perumahan warga aman dan cukup kuat.

Masyarakat sudah terbiasa membangun perumahan bahkan fasilitas umum seperti masjid secara swadaya dan gotong royong tanpa melibatkan praktisi profesional. Di daerah dengan risiko gempa tinggi, tentu hal ini menjadi masalah serius yang harus ditangani.

Sebenarnya di setiap daerah rawan gempa, pemerintah setempat perlu melakukan pemetaan kekuatan rumah-rumah warga. Dengan demikian, dapat dilakukan perkuatan jika diperlukan dengan subsidi dari pemerintah atau bantuan swasta.

Solusi di masa mendatang bisa ditempuh dengan mengatur desain perumahan untuk seluruh kelas masyarakat.

Pemerintah daerah perlu membuat dan memublikasikan beberapa desain perumahan sesuai kelas dan tingkat gempa setempat. Masyarakat pun sebaiknya dilarang membangun rumah di luar desain yang dikeluarkan oleh pemda setempat.

Untuk masyarakat menengah ke bawah, tentu perlu desain rumah ekonomis tahan gempa, tetapi tetap memperhatikan keselamatan.

Di sinilah titik di mana praktisi, pemerintah, dan akademisi di kampus-kampus harus bekerja sama mengembangkan desain perumahan ramah biaya dan aman.

Selain fokus pada penelitian gedung-gedung tinggi tahan gempa, para akademisi juga wajib mengembangkan teknologi kerakyatan.

Teknologi tersebut harus bisa dimanfaatkan oleh semua kalangan masyarakat, khususnya warga kelas menengah ke bawah, yang secara ekonomi sulit memiliki rumah yang aman saat gempa terjadi.

Hal lain yang juga wajib dilaksanakan adalah kurikulum tanggap bencana di sekolah-sekolah dasar dan menengah.

Ada baiknya menentukan satu hari khusus untuk memperingati bencana besar. Pada hari tersebut semua sekolah wajib melakukan simulasi berlindung dari gempa bumi atau bencana lain sesuai daerah setempat.

Publikasi melalui poster dan video di televisi juga perlu dilakukan berulang-ulang walau tidak ada tanda-tanda gempa akan terjadi.

Hal ini tentu penting dilaksanakan untuk membiasakan refleks saat terjadi gempa bumi pada masa mendatang sehingga korban jiwa dapat dihindari.

Ahmad Basshofi Habieb
Kandidat doktor di bidang konstruksi dan isolasi gempa di Politecnico di Milano, Italia
PPI Italia (ppidunia.org)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau