JAKARTA, KOMPAS.com – Percepatan pembangunan infrastruktur terus dilakukan demi meningkatkan daya saing dengan negara lain yang sudah lebih dulu maju.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, untuk mengejar ketertinggalan itu, Indonesia tidak bisa bekerja seperti biasa.
"Kita harus bekerja yang tidak biasa. Makanya harus dengan gaya rock and roll,” ujar Basuki dalam orasi ilmiahnya di Auditorium Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, Kamis (23/8/2018).
Baca juga: Bangun Infrastruktur, Pemerintah Perhatikan 3 Aspek Utama
Jika tidak seperti itu, kata Basuki, lndonesia tidak akan bisa mengejar ketertinggalan tersebut. Sebab, pembangunan infrastruktur di negara lain terus berjalan dan semakin maju.
“Bayangkan dari tahun ’70-an sampai 2014 jalan tol kita cuma 780 kilometer. Padahal, kita yang pertama membangun jalan tol. Kita yang membangun jalan tol di Filipina dan Malaysia, tapi kita ketinggalan dari mereka. Jadi kita mau mengejar ketertinggalan itu,” tegasnya.
Untuk itu, selain jalan tol, pemerintah juga membangun perumahan dan infrastruktur pendukungnya yang berkualitas untuk menciptakan hunian yang sehat dan nyaman, serta mendorong produktivitas masyarakat.
Pada tahun 2014-2015, lndonesia berada di urutan ke-72, kemudian tahun 2017-2018 naik 20 peringkat menjadi urutan ke-52.
Di level internasional pun daya saing lndonesia menduduki posisi ke-36 pada tahun 2017-2018.
Dia menambahkan, persaingan yang terjadi sekarang bukan lagi antara negara yang besar dan kecil, melainkan persaingan antara yang cepat dan lambat.
“Kalau di summit (pertemuan kepala negara) itu kayaknya bersahabat betul ya, tapi di dalamnya itu persaingan semua. Di hati masing-masing kepala negara itu bersaing,” imbuh Basuki.
Menurut dia, persaingan itu terjadi untuk menarik investasi dan mengembangkan pariwisata. Setiap negara berlomba agar bisa memberikan pelayanan yang lebih baik daripada negara lain.
Selain meningkatkan daya saing bangsa, pembangunan infrastruktur juga memberikan kontribusi sekitar 0,82 persen pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.