Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Bisnis Hotel di Bali, Akuisisi dan "Rebrandring"

Kompas.com - 06/07/2018, 16:28 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Strategi akuisisi atau pengambilalihan dan rebrandring hotel menjadi tren yang terus menunjukkan peningkatan di bisnis perhotelan Bali.

Ekspansi bisnis, masalah permodalan, perizinan, dan lokasi memotivasi terjadinya tren tersebut.

Colliers International Indonesia mencatat fenomena ini sudah berlangsung sejak 2016 hingga sekarang, terdapat 12 hotel yang mencakup 2.009 kamar diakuisisi dan diubah namanya.

Dari jumlah total hotel itu, dua di antaranya hotel berklasifikasi bintang lima dengan 596 kamar.

Baca juga: Soal Bisnis Hotel, Bali dan Jakarta Bersaing dengan Kota-kota Asia

Sebelumnya, dua hotel ini bernama Grand Nikko Bali dan Grand Aston Bali Beach Resorts and Spa menjadi Hilton Bali Resort dan Hotel Nikko Bali Benoa Beach.

Sementara delapan hotel lainnya merupakan bintang empat dengan 1.205 kamar. Best Western Premier Sunset Road menjadi Ramada Sunset Road, Ramada Tanjung Benoa menjadi The Tanjung Benoa Resort, dan Ramada Camakila menjadi The Camakila.

Kemudian Vasanti Hotel berubah Four Points by Sheraton Bali Seminyak, Aston Tuban Inn berganti Permata Kuta Hotel, Alaya Kuta beralih Amnaya Resort Kua, Pramapada menjadi Fox Harris Jimbaran, dan The Kuta Playa Hotel and Villas menjadi Wyndham Garden Kuta.

Selanjutnya dua hotel bintang tiga masing-masing Ibis Styles Bali KUta Dewi Sri menjadi Grand Livio dengan 97 kamar dan Savvoya Seminyak Hotel berubah Dafam Savvoya Seminyak Hotel dengan 111 kamar.

"Selain faktor-faktor di atas, pemilik hotel juga tidak ingin membayar biaya manajemen (management fee) kepada chain operator . Mereka menganggap biaya ini terlalu besar," kata Senior Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto.

Baca juga: Taipan Properti Kembangkan Six Senses Bali Rp 1 Triliun

Secara umum pasokan hotel baru di Bali hingga kuartal II-2018 lebih sedikit ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Meski demikian, kondisi ini dianggap cukup baik mengingat persaingan ketat masih terjadi sehingga menyebabkan tarif rata-rata harian atau average daily rate (ADR) turun.

Hanya ada dua hotel baru yang beroperasi pada kuartal ini yakni Fairfield Legian 162 kamar dan Artotel Haniman Ubud dengan 22 kamar. Keduanya berklasifikasi bintang empat.

Dengan beroperasinya dua hotel tersebut menambah total pasokan kumulatif menjadi 60.164 kamar.

Hingga akhir 2018, Bali akan menambah 1.521 kamar dengan komposisi 684 kamar hotel bintang empat, dan 837 hotel bintang lima.

Sementara dari sisi ADR akan tumbuh tipis 2,2 persen hingga akhir tahun menjadi 116,05 dollar AS. Peningkatan ini diikuti okupansi atau average occupancy rate (AOR) 2,1 persen menjadi 71,1 persen.

Pertumbuhan ini dipicu oleh beberapa perhelatan internaional yang akan digelar seperti FIABCI December Meeting, dan Global Business Summit.

Selain itu, Bali masih menajdi destinasi favorit, banyak penerbangan internasional langsung (direct flight) ke Pulau Dewata ini, dan pertambahan hotel baru yang cenderung turun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com