PADA saat perayaan hari Lebaran, peristiwa tenggelamnya kapal ferry Sinar Bangun di Danau Toba, Sumatera Utara, sangat mengejutkan dan mengharukan kita semua. Kita doakan semoga upaya pencarian dan evakuasi korban bisa segera tuntas dalam waktu tidak terlalu lama.
Kita ucapkan turut berbelasungkawa yang mendalam atas peristiwa ini, semoga keluarga korban tabah menghadapinya.
Sesungguhnya perang melawan kecelakaan transportasi adalah perang yang tak pernah berkesudahan, tak akan pernah berakhir.
Sayangnya, akar penyebab utamanya sering sulit diungkap, dan yang bisa dilakukan adalah menegakkan sistem manajemen keselamatan agar lapis-lapis pencegahan kecelakaan dapat bekerja maksimal.
Andai akar persoalan dan penyebab utamanya ditemui, seringkali tindak lanjut dan implementasi pencegahan terlewatkan dan terabaikan oleh pemerintah, sehingga peristiwa dengan penyebab yang sama terus saja berulang.
Keberadaan dan berfungsinya semua elemen yakni perangkat keras, perangkat lunak, sumber daya manusia (SDM) operator, inspektur keselamatan, lingkungan dan manajenen keselamatan yang mendukung tidak bisa ditawar-tawar.
Singkatnya, penerapan prosedur dan standar operasi berkeselamatan harus senantiasa terlaksana dalam situasi apa pun baik saat sebelum dan apalagi saat perjalanan berlangsung.
Peristiwa kecelakaan transportasi di semua matra angkutan masih tetap menjadi persoalan besar kita. Kecelakaan di jalan raya termasuk yang paling menonjol, diikuti moda laut, kereta api dan udara.
Pengarusutamaan peta jalan untuk nihil kecelakaan masih kembang kempis terlaksana. Agenda aksinya kurang dipahami semua lapis lembaga dan organisasi angkutan. Sudah saatnya persepsi tentang pentingnya keselamatan perlu ditanamkan ke semua lapis tenaga pelaksana di lapangan, regulator, operator, masyarakat dan pengguna.
Masih sangat kurangnya budaya berkeselamatan paling berkorelasi dengan peristiwa kecelakaan.
Ini hanya bisa diperbaiki lewat upaya pendidikan sejak dini serta kampanye keselamatan yang berkelanjutan dan masif di berbagai media.
Untuk meyakinkan seberapa rendahnya budaya berkeselamatan kita, boleh kita bertanya seperti ini, berapa keluarga atau rumah tangga yang menyiapkan atau memiliki, misalnya tabung pemadam api/kebakaran dan atau selimut api di dapur masing-masing?
Pertanyaan lain bagi pengguna jalan tol, berapa persenkah pengguna jalan tol yang melampaui kecepatan yang diizinkan saat melajukan kendaraannya?
Selanjutnya apakah mereka yang melanggar aturan diidentifikasi dan diperingatkan ataupun ditindak secara hukum?
Kebijakan makro transportasi yang berkeselamatan saat ini perlu kembali diarusutamakan, jangan hanya reaktif sesaat setelah peristiwa kecelakaan terjadi. Sejumlah pertanyaan dasar perlu dikemukakan dan dijawab untuk perbaikannya.
Antara lain apakah untuk menegakkan berkeselamatan transportasi sesuatu yang mahal harga dan pengorbanannya?