JAKARTA, KOMPAS.com – Bangunan yang menjulang 138 meter di Jalan Palmerah Selatan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, nampak meruncing dan kokoh.
Layaknya sebuah mata pena, fasad berlapis dan berkontur layaknya kode komputer melindungi bangunan utama. Sungguh futuristis.
Baca juga : Melihat Keindahan Menara Kompas dari Udara
Menara Kompas baru saja diresmikan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Gedung 29 lantai itu menjadi markas bagi Kompas Gramedia Group dalam mengembangkan Harian Kompas ke bentuk daring dan televisi, yang berwujud Kompas.com, Kompas.id, dan Kompas TV.
Integrasi newsroom menjadi kunci dalam melihat inti bangunan ini.
“Konsep yang penting itu bahwa ini menunjukkan mulainya integrasi dari Kompas newspaper menjadi Kompas digital dan Kompas.com dan Kompas masa depan melalui simbol bangunan ini,” kata Principal Architect Duta Cermat Mandiri (DCM) Budiman Hendropurnomo, arsitek yang merancang bangunan ini saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (26/4/2018).
Ia mengaku, bangunan utama memang dirancang memiliki bentuk layaknya sebuah pena, yang merupakan abstraksi dari alat untuk menuliskan pemikiran manusia yang berkembang.
Baca juga : Kamis Ini, Menara Kompas Diresmikan
Namun pena tersebut diselimuti fasad berlapis berbahan metalik alumunium yang dirancang dengan perforasi digital acak, sebagai abstraksi dari media elektronik masa kini dan masa depan.
Fungsi utama dari fasad berlapis, selain menunjukkan keindahan arsitektur karena juga membentuk layaknya lembaran koran berlapis, juga mengurangi paparan sinar matahari secara langsung.
Dampaknya, paparan sinar matahari pun dapat dikurangi, sehingga meminimalisir panas yang terlalu menyengat masuk ke dalam ruangan.
Akibatnya, penggunaan mesin pendingin udara pun dapat diminimalisir, sehingga bangunan lebih hemat energi.
“Sinar matahari yang masuk dikurangi sampai 40 persen,” kata dia.
Budiman mengatakan, bentuk fasad serupa sebelumnya juga pernah diaplikasikan dalam merancang Universitas Multimedia Nusantara (UMN), yang juga merupakan universitas milik Kompas Gramedia Group.
Pada 2014 lalu, bangunan ini memenangkan ajang Energy Efficient Building pada ASEAN Energy Award.
“Kalau di UMN malah bisa berkurang lagi karena pada prinsipnya lain dengan gedung kantor ya. Karena gedung kantor itu fungsinya untuk lihat luar, tapi universitas itu biasanya pakai projector,” kata Budiman.
Berikut video Menara Kompas karya Ebert Ojong:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.