Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasokan Melimpah, Perkantoran Kosong di CBD Jakarta 117,8 Hektar

Kompas.com - 04/04/2018, 20:00 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Tingkat okupansi (hunian) perkantoran pada kuartal I-2018 di kawasan pusat niaga atau central business district (CBD) Jakarta turun.

Kendati permintaan terus naik, namun jumlahnya tidak sebanding dengan pasokan yang masuk dalam beberapa tahun terakhir.

Riset Colliers International Indonesia menunjukkan okupansi turun menjadi 81,1 persen dari total luas 6,2 juta meter persegi sepanjang kuartal pertama tahun ini. Menyisakan perkantoran kosong 1.117.800 meter persegi atau 117,8 hektar.

Pada saat yang sama, beberapa gedung perkantoran yang telah beroperasi sejak 2015 dan 2016, tingkat huniannya justru terpuruk di bawah 50 persen.

“Pasokan perkantoran pada tahun ini paling banyak dalam sejarah. Meskipun permintaan diperkirakan mulai bergerak naik, melimpahnya pasokan akan menyebakan tingkat hunian turun menjadi 80 persen di akhir 2018,” kata Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto di Jakarta, Rabu (4/4/2018).

Pada tahun 2018, pasokan gedung perkantoran baru di kawasan CBD diperkirakan bertambah hingga 670.000 meter persegi. Kontribusi berasal dari 10 gedung baru di kawasan ini.

Pada kuartal pertama ini saja, setidaknya dua gedung perkantoran rampung yakni Prosperity dan Treasury Tower di kawasan SCBD. Kehadiran keduanya menambah pasokan perkantoran hingga 200.000 meter persegi.

Bila diakumulasikan, pasokan perkantoran di kawasan CBD Jakarta pada kuartal I-2018 akan naik 10,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Ferry menambahkan, besarnya pasokan gedung perkantoran dalam beberapa tahun terakhir, tidak terlepas dari longgarnya kebijakan koefisien luas bangunan (KLB) yang diterapkan Pemprov DKI sebelumnya.

Akibatnya, para pengembang pun beramai-ramai membangun gedung pencakar langit berukurang besar melebihi batas KLB yang ditetapkan. Mereka pun juga bersedia membayar kompensasi yang lebih besar.

“Kalau lihat pada 2018 sampai 2021 itu, kita lihat ukurannya juga akan lebih besar dari ukuran normal. Kalau lihat gedung lama itu, misalnya GKBI, itu luasnya tidak lebih dari 50.000 meter persegi. Setelah itu muncul lebih banyak gedung-gedung yang lebih besar,” tutur Ferry.

Non-CBD Jakarta

Berbeda dengan CBD, kawasan non CBD khususnya di Jakarta Selatan justru menunjukkan tren okupansi yang cukup baik.

Secara umum, tingkat okupansi perkantoran mencapai 84 persen pada kuartal I-2018, atau naik 2,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kinerja lima perkantoran Grade B di TB Simatupang, Jakarta Selatan, cukup baik, dan terdapat  kenaikan okupansi hingga 5 persen dibandingkan kuartal IV-2017.

Kenaikan tersebut rupanya mendorong tingkat okupansi menjadi 80,1 persen di koridor ini, atau naik 6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Jakarta Selatan masih menjadi area favorit untuk ekspansi para penyewa. Setelah mengalami penurunan, performa tingkat hunian dan rata-rata harga sewa di TB Simatupang kembali menunjukkan pertumbuhan dalam dua tahun terakhir,” tutup Ferry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com