Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencoba Bangkit, Starbucks Hapus 200 Produk...

Kompas.com - 25/02/2018, 11:00 WIB
Haris Prahara,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Sumber Fortune

NEW YORK, KOMPAS.com – Peritel Starbucks tengah berbenah agar tidak semakin terlibas kelesuan ritel. Starbucks kini memegang prinsip “lebih sedikit lebih baik”.

Dalam waktu dekat, Starbucks tidak akan lagi menjual aneka macam produk di gerainya. Starbucks memilih untuk menjual produk tertentu saja yang dianggap potensial menghasilkan pundi-pundi.

Bukan tanpa sebab jika Starbucks mesti mengubah konsep seperti itu.

Berkaca pada penjualan akhir tahun 2017, Starbucks kurang mampu menunjukkan taringnya sebagai kedai kopi tersohor dunia.

Starbucks cokelat pisang di Jepang. Insider Starbucks cokelat pisang di Jepang.
Pertumbuhan penjualan Starbucks hanya sebesar dua persen, jauh dari raihan beberapa tahun sebelumnya yang bisa mencapai dua digit.

Baca juga: Ada Apa dengan Starbucks?

Chief Executive Officer Starbucks Kevin Johnson menilai, rendahnya penjualan tersebut disebabkan ogahnya konsumen melirik suvenir khusus akhir tahun dan penawaran khusus yang ditawarkan Starbucks.

Karena itu, Starbucks kini lebih selektif dalam menjajakan produk-produknya. Peritel asal Negeri Paman Sam itu berniat menghapus 200 produk, atau 30 persen dari jenis barang dagangan mereka.

Apa tujuannya? Tak lain agar manajemen dapat lebih mudah menambah atau menghapus produk sesuai kebutuhan pasar. Starbucks menjadi tidak terbebani oleh hal-hal yang tidak disukai konsumen.

"Upaya penyederhanaan ini bakal meningkatkan fokus kami dan mengurangi kompleksitas operasional di toko kami," ungkap Chief Financial Officer Starbucks Scott Maw, seperti dikutip Fortune, Sabtu (24/2/2018).

StarbucksShutterstock Starbucks
Untuk diketahui, langkah mengurangi variasi produk menjadi lazim dilakukan peritel dewasa ini. Selain Starbucks, toserba Target juga melakukan hal serupa.

Sudah dua tahun ini Target berupaya mengecilkan berbagai ukuran, rasa, dan bahkan merek di rak toko mereka. Itu ditempuh sebagai bagian dari upaya mereka mengintegrasikan toko konvensional dengan e-commerce.

Baca juga: Tergerus Bisnis Online, Iklan Ritel Konvensional Terus Menyusut

Bagaimana pun, era menyulitkan konsumen dengan pilihan tak berujung dalam toko telah berakhir.

Seperti dikatakan mantan CEO Procter & Gamble (P&G) A.G. Lafley beberapa tahun silam,” (dengan menyajikan terlalu banyak produk) Kamu hanya menyia-nyiakan waktu konsumen”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau