Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki Ajak Akademisi UGM Susun Strategi Perumahan

Kompas.com - 17/02/2018, 18:00 WIB
Arimbi Ramadhiani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

SLEMAN, KOMPAS.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengakui pembangunan perumahan rakyat masih menghadapi banyak masalah.

Oleh sebab itu, ia berharap ada rekomendasi dari para pakar terutama akademisi yang hadir pada "Workshop Strategi Merumahkan Rakyat" di Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, Yogyakarta, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Baca juga : Basuki Singgung Kecelakaan Infrastruktur di Forum Akademisi UGM

"Sampai sekarang, backlog besar belum kita selesaikan sejak konvensi tahun 1950-an. Seratus tahun mungkin baru bisa selesaikan masalah perumahan kata Bung Hatta," ujar Basuki, Sabtu (17/2/2018).

Ia juga meminta para akademisi untuk membantunya mengevaluasi pekerjaan pembangunan, apakah sudah dilakukan dengan benar atau tidak.

Rumah susun mahasiswa Sendowo, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.Arimbi Ramadhiani/Kompas.com Rumah susun mahasiswa Sendowo, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.

Basuki pun mengakui dirinya tidak bisa menyusun strategi karena memiliki latar belakang sebagai orang lapangan.

Baca juga : 2017, Capaian Sejuta Rumah Hanya 896.231 Unit

Ia bahkan tidak keberatan jika para akademisi di UGM memiliki ide atau strategi pembangunan, terutama di bidang perumahan.

"Masih banyak orang yang belum punya rumah, sedangkan yang punya rumah mungkin belum layak huni," kata Basuki.

Rumah Susun Bayat Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta di Kabupaten Klaten.Arimbi Ramadhiani/Kompas.com Rumah Susun Bayat Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta di Kabupaten Klaten.

Tantangan di bidang perumahan yang terutama, imbuh dia, adalah harga tanah yang tinggi. Hal tersebut membuat orang-orang miskin tidak bisa tinggal di kota untuk mendekatkan hunian terhadap tempat kerja.

Sementara orang kaya yang sebenarnya memiliki akses ke tempat kerja dari huniannya, malah tinggal di pusat kota.

"Ini tantangan yang berat sekali untuk bisa sediakan rumah bagi rakyat. Dengan lokasi rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di pinggiran juga banyak kendalanya," jelas Basuki.

Interior Rusun Bayat Universitas Gadjah Mada (UGM) di Kabupaten Klaten.Arimbi Ramadhiani/Kompas.com Interior Rusun Bayat Universitas Gadjah Mada (UGM) di Kabupaten Klaten.
Kendala ini, tutur dia, adalah sulitnya mengadakan listrik karena sumber listrik cukup jauh. Padahal di satu sisi, jika belum dialiri listrik, maka rumah tersebut belum bisa disalurkan bantuan subsidi melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

"Kami berharap ada inovasi dari Bapak-bapak untuk menyelesaikan permasalahan perumahan, misalnya dari segi pasokan atau dari segi pembiayaan," sebut Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau