Oleh sebab itu, ia berharap ada rekomendasi dari para pakar terutama akademisi yang hadir pada "Workshop Strategi Merumahkan Rakyat" di Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, Yogyakarta, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
"Sampai sekarang, backlog besar belum kita selesaikan sejak konvensi tahun 1950-an. Seratus tahun mungkin baru bisa selesaikan masalah perumahan kata Bung Hatta," ujar Basuki, Sabtu (17/2/2018).
Ia juga meminta para akademisi untuk membantunya mengevaluasi pekerjaan pembangunan, apakah sudah dilakukan dengan benar atau tidak.
Basuki pun mengakui dirinya tidak bisa menyusun strategi karena memiliki latar belakang sebagai orang lapangan.
Ia bahkan tidak keberatan jika para akademisi di UGM memiliki ide atau strategi pembangunan, terutama di bidang perumahan.
"Masih banyak orang yang belum punya rumah, sedangkan yang punya rumah mungkin belum layak huni," kata Basuki.
Tantangan di bidang perumahan yang terutama, imbuh dia, adalah harga tanah yang tinggi. Hal tersebut membuat orang-orang miskin tidak bisa tinggal di kota untuk mendekatkan hunian terhadap tempat kerja.
Sementara orang kaya yang sebenarnya memiliki akses ke tempat kerja dari huniannya, malah tinggal di pusat kota.
"Ini tantangan yang berat sekali untuk bisa sediakan rumah bagi rakyat. Dengan lokasi rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di pinggiran juga banyak kendalanya," jelas Basuki.
"Kami berharap ada inovasi dari Bapak-bapak untuk menyelesaikan permasalahan perumahan, misalnya dari segi pasokan atau dari segi pembiayaan," sebut Basuki.
https://properti.kompas.com/read/2018/02/17/180000821/basuki-ajak-akademisi-ugm-susun-strategi-perumahan