MADIUN, KompasProperti - Karya seni senantiasa multiinterpretasi. Demikian halnya dengan Tugu Demokrasi yang telah berdiri di halaman depan Gedung DPRD Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
Kehadiran tengara (landmark) kota di Jalan Raya Panglima Sudirman Timur, Sumberbening, Balerejo, ini menghebohkan dunia maya, dan menjadi viral, lantaran dianggap mirip dengan Steps of Freemasonry atau tangga Freemasonry.
Tugu demokrasi itu mulai hangat diperbincangkan setelah diunggah di jejaring sosial, Facebook.
Pantuan KompasProperti, gambar tugu ini diunggah kali pertama oleh Cak Patto Made Ozawa di grup Facebook Paguyuban Madiun (Paguma). Kemudian diunggah ulang oleh Maz Fiedien di grup Facebook Berita Magetan.
Kedua akun ini mengunggah foto Tugu Demokrasi yang baru selesai dibangun dan membandingkannya dengan gambar tangga Freemasonry.
Warganet pun ramai merespons dan menghubungkan desain Tugu Demokrasi DPRD Kabupaten Madiun tersebut dengan perkumpulan rahasia lluminati yang muncul di Bavaria sekitar tahun 1700-an.
Akun @Lava Megantara misalnya. Dia berkomentar "Fremansory. Ilumination.Pemuja Setan"
Begitu juga dengan akun @Wiwin Yuliastuti yang mengatakan "Pemuja Dajjal, organisasi freemasonry milik Yahudi."
Hal senada juga dilontarkan akun @Mazziver's AE dengan respons "Gawat Freemansory. Kuil untuk memuja setan bangsa Yahudi. Sudah masuk nyata di Indonesia..hahahaha"
Bila dilihat sepintas, terdapat kemiripan antara Tugu Demokrasi dengan tangga Freemasonry.
Bedanya, tangga Freemasonry memiliki 33 anak tangga dan 8 anak tangga besar. Sementara bangunan Tugu Demokrasi terdapat 45 anak tangga kecil dan 5 anak tangga besar.
Sementara Tugu Demokrasi menyerupai piramida dan terdapat lubang di bagian tengah persis dengan gambar Steps of Freemasonry.
Agar kehebohan tak berkepanjangan, Ketua DPRD Kabupaten Madiun, Djoko Setijono, pun meminta maaf kepada masyarakat Kabupaten Madiun.
Menurut dia, tidak ada kesengajaan dalam perancangan desain dan pembangunan tugu itu sehingga mirip dengan gambar atau logo dari kelompok agama tertentu.
"Kami mohon maaf kepada masyarakat atas ketidaksengaajaan kami, baik ini DPRD dan teman-teman eksekutif khususnya Dinas PU terkait dengan desain ini," kata Djoko, Kamis (7/12/2017).
Ia mengaku tidak memiliki kepentingan apapun dalam pembangunan tugu yang terintegrasi dengan taman demokrasi.
"Tidak ada kesengajaan dari kami. Apalagi dihubung-hubungkan dengan Yahudi. Apa untungnya dan apa kepentingan kami. Tidak ada sama sekali," sebut Djoko.
Djoko menjelaskan, pembangunan Taman Demokrasi agar menambah jumlah ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Caruban. Taman Demokrasi itu nantinya dibuka untuk masyarakat umum dan dapat menjadi ruang publik.
Terkait jumlah tangga sebanyak 45, Djoko mengatakan, hal itu menunjukan jumlah anggota DPRD Kabupaten Madiun yang jumlahnya 45.
Selain itu juga bentuk simbolis dari UUD 45 dan tahun kemerdekaan RI. Sedangkan lima tangga besar yang ada di sisi sebelah timur menunjukan simbol lima isi dari Pancasila.
Untuk menghindari polemik, Tugu Demokrasi ini akan didesain ulang. Rencananya, akan ada penambahan simbol atau logo Pancasila. Selain itu, lubang di bagian tengah tidak dibuat melingkar namun berbentuk segi lima.