KompasProperti – Peristiwa tabrakan di stasiun mass rapid transit (MRT) Joo Koon pada Rabu (15/11/2017) menambah panjang daftar kasus yang dialami MRT Singapura sepanjang tahun ini.
Kecelakaan kereta pada Rabu pagi itu membuat sedikitnya 28 orang terluka dan layanan MRT ruas Joo Koon-Tuas Link tak beroperasi hari ini.
Baca juga: MRT Singapura Tabrakan, Penyebabnya Ternyata...
Lantas apa saja daftar hitam transportasi andalan warga Singapura pada 2017 ini? Berikut KompasProperti telah merangkum beberapa di antaranya:
1. Pekerja tewas, direktur MRT Singapura didenda
Direktur Operasional MRT Singapura Teo Wee Kiat dihukum denda 55.000 dollar Singapura (sekitar Rp 550 juta) akibat lalai menjalankan prosedur keselamatan operasional.
Sebagaimana dilansir Straits Times, Jumat (29/9/2017), Teo dianggap bertanggungjawab terhadap kecelakaan fatal di dekat stasiun MRT Pasir Ris pada Maret 2016 lalu.
Dia dipandang gagal melaksanakan Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Singapura.
Kala itu, dua pekerja yakni Nasrulhudin Najumudin dan Muhammad Asyraf Ahmad Buhari, tewas tersambar kereta saat tengah melakukan inspeksi jalur kereta.
Mereka merupakan bagian dari 15 anggota tim yang dikirim untuk memeriksa permasalahan operasional switching pada saat jam sibuk.
Kasus tewasnya dua pekerja itu dianggap sebagai insiden paling fatal dalam sejarah SMRT selaku operator MRT Singapura.
Dalam keterangan resminya, Kementerian Tenaga Kerja Singapura mengatakan SMRT telah menyetujui dan mengeluarkan satu set dokumen prosedur operasinal yang dikenal sebagai "Unit 3C OP" untuk mengatur akses jalur selama jam sibuk MRT.
Dokumen itu krusial mengingat inspeksi jalur adalah kegiatan berbahaya dan berisiko tinggi, terlebih saat jam sibuk operasional kereta.
Namun, dalam penyelidikan ditemukan bahwa pegawai SMRT belum sepenuhnya mematuhi Unit 3C OP sejak dikeluarkan awal 2002 silam. Frekuensi pekerja yang mengakses jalur tanpa melaksanakan Unit 3C OP pun terus meningkat sejak 2007.
Proses investigasi juga menemukan Pusat Kontrol Operasi SMRT yang berada di bawah kendali Teo, telah membiarkan pekerja SMRT menyimpang dari Unit 3C OP dalam proses perizinan untuk mengakses jalur MRT.
Baca selengkapnya: Pekerja Tersambar Kereta, Direktur MRT Singapura Didenda Rp 550 Juta
Kasus banjirnya MRT Singapura awal Oktober lalu menyedot perhatian luas publik negeri singa. Hal itu dipandang memalukan, terlebih lagi banjir berlangsung hampir seharian penuh.
Sebuah kerusakan pada sistem pemompaan menyebabkan genangan air di jalur bawah tanah antara stasiun Bishan dan Braddell, Sabtu (7/10/2017) sore. Hujan deras memang sempat mengguyur Singapura pada waktu tersebut.
Kondisi banjirnya terowongan membuat layanan MRT Singapura jurusan Utara-Selatan (NSL) stop beroperasi. Kereta tak dapat melintasi stasiun Ang Mo Kio hingga Newton di kedua arahnya selama lebih kurang 20 jam.
Dalam pernyataan resminya pada Minggu (8/10/2017), Otoritas Transportasi Darat Singapura (LTA) mengatakan dalam keadaan normal, limpasan air hujan semestinya dapat tersedot oleh sistem pompa yang ada.
"Kemarin (Sabtu), sistem pemompaan air tidak berfungsi dan mengakibatkan air hujan meluap hingga masuk ke dalam terowongan serta terakumulasi di titik terendah terowongan, antara stasiun Bishan dan Braddell," demikian pernyataan resmi LTA.
Baca juga: Terowongan Banjir, MRT Singapura Lumpuh 20 Jam
Dikutip dari laman Today Online, stasiun Bishan dan Braddell merupakan 2 dari 35 stasiun MRT bawah tanah Singapura yang telah menerapkan sistem perlindungan banjir sejak 2012.
Awal 2017 ini, LTA telah mengklaim bahwa "dengan selesainya pekerjaan ini (di 35 stasiun), semua proyek MRT saat ini dan yang akan datang, akan memenuhi persyaratan perlindungan banjir”.
Tindakan perlindungan banjir yang dilakukan termasuk pemasangan sistem penghalang, yang serupa dengan sistem pada MTR Hongkong. Penghalang itu berfungsi membuat genangan air di bawah 1,5 meter dapat segera keluar.
Setelah kejadian memalukan di atas, petinggi MRT Singapura pun dicopot dari jabatannya.
Sebagaimana dilaporkan Straits Times, Kamis (12/10/2017), SMRT telah resmi memberhentikan Ng Tek Poo dari jabatannya selaku eksekutif bidang perawatan MRT. Posisi Poo akan diambil alih oleh Siu Yow Wee.
Baca juga: Pasca Layanan Lumpuh 20 Jam, Petinggi MRT Singapura Dicopot
Ng Tek Poo juga diketahui merupakan saksi kunci dalam penyelidikan publik setelah dua gangguan parah MRT Singapura pada 2011.
Tabrakan kereta menjadi kasus teranyar MRT Singapura. Kejadian naas itu berlangsung sekitar pukul 08.00 pada Rabu (15/11/2017) dengan melibatkan sebuah kereta dengan kereta lainnya yang tengah berhenti di stasiun Joo Koon.
Ditilik dari sejarahnya, terakhir kali MRT Singapura mengalami tabrakan lebih dari dua dekade silam, tepatnya pada 5 Agustus 1993.
Kala itu, dua kereta saling bersenggolan di stasiun Clementi yang berimbas pada terlukanya 156 penumpang.
Baca juga: Setelah 24 Tahun, Hari Ini MRT Singapura Kembali Tabrakan
Dalam jumpa pers yang diadakan Rabu sore, diketahui tidak berfungsinya sistem perlindungan perangkat lunak menjadi faktor penyebab kereta SMRT menabrak kereta lain di depannya.
Sebagai dampak kecelakaan tersebut, sebanyak 28 orang terluka dan mesti dibawa ke rumah sakit.
Wakil Presiden Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Otoritas Transportasi Darat Singapura (LTA) LTA Chua Chong Kheng mengatakan, temuan awal menunjukkan bahwa kereta pertama berada d di depan, meninggalkan Ulu Pandan dengan fitur perlindungan perangkat lunak yang "secara tidak sengaja terhapus" ketika melewati sebuah sirkuit sinyal yang salah.
Baca juga: Kronologi Lengkap Tabrakan MRT Singapura Rabu Pagi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.