Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terowongan Banjir, MRT Singapura Lumpuh 20 Jam

Kompas.com - 09/10/2017, 08:31 WIB
Haris Prahara

Penulis

KompasProperti – Akhir pekan kemarin tampaknya menjadi masa kurang menggembirakan bagi komuter Singapura. Layanan mass rapid transit (MRT) negeri singa itu sempat lumpuh nyaris seharian penuh.

Sebuah kerusakan pada sistem pemompaan menyebabkan genangan air di jalur bawah tanah antara stasiun Bishan dan Braddell, Sabtu (7/10/2017) sore. Hujan deras memang sempat mengguyur Singapura pada waktu tersebut.

Kondisi banjirnya terowongan membuat layanan MRT Singapura jurusan north-south line (NSL) stop beroperasi. Kereta tak dapat melintasi stasiun Ang Mo Kio hingga Newton di kedua arahnya selama lebih kurang 20 jam.

Dalam pernyataan resminya pada Minggu (8/10/2017), Otoritas Transportasi Darat Singapura (LTA) mengatakan dalam keadaan normal, limpasan air hujan semestinya dapat tersedot oleh sistem pompa yang ada.

"Kemarin (Sabtu), sistem pemompaan air tidak berfungsi dan mengakibatkan air hujan meluap hingga masuk ke dalam terowongan serta terakumulasi di titik terendah terowongan, antara stasiun Bishan dan Braddell," demikian pernyataan LTA, seperti dilansir Straits Times.

Kereta terendam banjir di terowongan bawah tanah antara Stasiun Bishan dan Braddell, Sabtu (7/10/2017)Straits Times Kereta terendam banjir di terowongan bawah tanah antara Stasiun Bishan dan Braddell, Sabtu (7/10/2017)
SMRT segera menonaktifkan jaringan listrik di trek tersebut sebagai upaya pengamanan. Sistem pompa pun berusaha segera diperbaiki.

Pihak LTA memastikan, investigasi terperinci mengenai penyebab gangguan itu sedang berlangsung.

“Selama gangguan layanan, jasa bus gratis diaktifkan, dengan lebih dari 40 bus dari SMRT dan SBS Transit disiagakan,” tulis LTA dalam pernyataan resminya.

Menjadi pertanyaan

Lumpuhnya pelayanan MRT akibat banjir menimbulkan polemik mengapa hal tersebut dapat terjadi dan apakah mungkin hal serupa dapat terjadi pada masa mendatang.

Dikutip dari laman Today Online, stasiun Bishan dan Braddell merupakan 2 dari 35 stasiun MRT bawah tanah Singapura yang telah menerapkan sistem perlindungan banjir sejak 2012.

Awal 2017 ini, LTA telah mengklaim bahwa "dengan selesainya pekerjaan ini (di 35 stasiun), semua proyek MRT saat ini dan yang akan datang, akan memenuhi persyaratan perlindungan banjir”.

Tindakan perlindungan banjir yang dilakukan termasuk pemasangan sistem penghalang, yang serupa dengan sistem pada MTR Hongkong. Penghalang itu berfungsi membuat genangan air di bawah 1,5 meter dapat segera keluar.

Panel kaca, lubang ventilasi, dan bukaan lainnya juga disegel untuk membuat mereka kedap air, saat tangga darurat diangkat.

Petugas gabungan berusaha mengeringkan genangan air di terowongan bawah tanah antara Stasiun Bishan dan Braddell, Sabtu (7/10/2017)SCDF Petugas gabungan berusaha mengeringkan genangan air di terowongan bawah tanah antara Stasiun Bishan dan Braddell, Sabtu (7/10/2017)
Perisitwa gangguan MRT akibat banjir tersebut juga memantik respons publik Singapura.

Warga bernama Koh (55) mengatakan, perbaikan jangka panjang amat dibutuhkan.

"Menurut saya, selama bertahun-tahun, banjir telah terkendali dengan baik di Singapura. Jika hal seperti ini (banjirnya terowongan MRT) terjadi, saya pikir itu adalah hal yang sangat besar," cetusnya.

Seorang warganet bernama Luke How menulis pada halaman Facebook operator SMRT. 

“Di Singapura, ada musim hujan setiap tahun, namun belum pernah terjadi banjir di terowongan sebelumnya. Apa alasan banjir kali ini? Apakah kita akan mengalami gangguan setiap kali hujan mulai hari ini dan seterusnya?” tulisnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com