"Bahkan, di London, informasi mogok disosialisasikan 3 hari sebelumnya. Mogok ditempuh jika proses dialog dan mediasi berjalan buntu," kata Yoga.
Dia menambahkan, meskipun parak awak transportasi publik dan operatornya mogok, namun pemerintah setempat punya perencanaan kontinjensi atau contingency plan.
Pemerintah menyiapkan pendukung moda transportasi pengganti berupa bus-bus dalam jumlah banyak yang bisa mengangkut penumpang ke tempat-tempat tujuan.
"Yang terjadi di Jakarta, dan juga Indonesia tidak demikian. Akhirnya yang dirugikan bukan hanya penumpangnya, melainkan juga seluruh warga Jakarta. Karena mogok ini berimbas pada kemacetan kota," tutur Yoga.
Namun demikian, kata Yoga, demontrasi mogok harusnya menjadi upaya paling akhir yang dipertimbangkan. Ruang-ruang dialog harusnya dikedepankan.
"Terlebih yang saya dengar, isu yang dipermasalahkan adalah isu domestik terkait internal perusahaan. Tidak seharusnya publik ikut menanggung kerugian dan penderitaan seperti ini," ucap dia.
Ruang dan waktu
Mogoknya para petugas Transjakarta kali ini, dalam catatan Yoga, merupakan yang terbesar sepanjang sejarah perusahaan ini berdiri dan beroperasi.
"Seharusnya mereka profesional. Punya standard operation procedure (SOP) untuk menangani masalah ini," cetus dia.
Andy menilai, selama ini komunikasi ke masyarakat yang dilakukan PT Transjakarta juga kurang maksimal.
"Jika maksimal, semua bisa diantisipasi," imbuhnya.
Namun, dari semua hal yang harusnya ditempuh PT Transjakarta, dan juga pengelola kota dalam hal ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, paling penting untuk dipahami adalah konsep pengelolaan kota yang menekankan pada ruang dan waktu.
Pada saat seperti sekarang atau dua pekan menjelang Lebaran, mobilitas pasti meningkat.
"Ini sudah dipastikan akan terjadi stagnasi pada beberapa ruas jalan utama," kata Andy.
Memindahkan jalur dan membatasi moda tertentu (trip assginment) adalah strategi minimal yang bisa ditempuh Pemprov. Kendati untuk merealisasikannya, juga dibutuhkan keberanian dan kejelian membaca pola mobilitas kota.
Selain, tentu saja, warga kota harus diinformasikan terus menerus lewat media sosial, media arus utama, dan lain-lain bahwa situasi transportasi Jakarta sedang abnormal, jadi dikurangi pergerakan menggunakan satu transportasi publik.
"Ketika semua ini diabaikan, jadinya chaos seperti sekarang," tuntas Andy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.